BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Gagal
ginjal atau penyakit ginjal tahap akhir
(PGTA) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
dan elektrolit yang dapat menyebabkan uremia yaitu retensi cairan dan natrium
dan sampah nitrogen lain dalam darah. (Smeltzer, 2002).
Di negara maju, angka penderita gangguan
ginjal tergolong cukup tinggi. Di Amerika Serikat misalnya, angka kejadian
gagal ginjal meningkat dalam 10 tahun. Pada 1990, terjadi 166 ribu kasus GGT
(gagal ginjal tahap akhir) dan pada 2000 menjadi 372 ribu kasus. Angka tersebut
diperkirakan terus naik. Pada 2010, jumlahnya diestimasi lebih dari 650
ribu.Selain data tersebut, 6 juta-20 juta individu di AS diperkirakan mengalami
GGK (gagal ginjal kronis) fase awal (Djoko, 2008).
Hal yang sama terjadi di Jepang. Di Negeri
Sakura itu, pada akhir 1996, ada 167 ribu penderita yang menerima terapi
pengganti ginjal. Menurut data 2000, terjadi peningkatan menjadi lebih dari 200
ribu penderita. Berkat fasilitas yang tersedia dan berkat kepedulian pemerintah
yang sangat tinggi, usia harapan hidup pasien dengan GGK di Jepang bisa
bertahan hingga bertahun-tahun.Bahkan, dalam beberapa kasus, pasien bisa
bertahan hingga umur lebih dari 80 tahun. Angka kematian akibat GGK pun bisa ditekan menjadi
10 per 1.000 penderita. Hal
tersebut sangat tidak mengejutkan karena para penderita di Jepang mendapatkan
pelayanan cuci darah yang baik serta memadai (Djoko, 2008).
Di indonesia GGK menjadi penyumbang
terbesar untuk kematian, sehingga penyakit GGK pada 1997 berada di posisi
kedelapan. Data terbaru dari US NCHS 2007 menunjukkan, penyakit ginjal masih
menduduki peringkat 10 besar sebagai penyebab kematian terbanyak.Faktor penyulit
lainnya di Indonesia bagi pasien ginjal, terutama GGK, adalah terbatasnya
dokter spesialis ginjal. Sampai saat ini, jumlah ahli ginjal di Indonesia tak
lebih dari 80 orang. Itu pun sebagian besar hanya terdapat di kota-kota besar
yang memiliki fakultas kedokteran.Maka, tidaklah mengherankan jika dalam
pengobatan kerap faktor penyulit GGK terabaikan. Melihat situasi yang banyak
terbatas itu, tiada lain yang harus kita lakukan, kecuali menjaga kesehatan
ginjal.Jadi, alangkah lebih baiknya kita jangan sampai sakit ginjal. Mari
memulai pola hidup sehat. Di antaranya, berlatih fisik secara rutin, berhenti
merokok, periksa kadar kolesterol, jagalah berat badan, periksa fisik tiap
tahun, makan dengan komposisi berimbang, turunkan tekanan darah, serta kurangi
makan garam. Pertahankan kadar gula darah yang normal bila menderita diabetes,
hindari memakai obat antinyeri nonsteroid, makan protein dalam jumlah sedang,
mengurangi minum jamu-jamuan, dan menghindari minuman beralkohol. Minum
air putih yang cukup (dalam sehari 2-2,5 liter). (Djoko, 2008).
B.
Tujuan penulisan
1.
Tujuan umum
Mampu menerapkan
asuhan keperawatan kepada pasien dengan GGK
2.
Tujuan khusus
a.
Mampu melakukan pengkajian pada pasien GGK
b.
Mampu memprioritaskan masalah dan menegakkan
diagnosa keperawatan pada pasien GGK
c.
Mampu menyusun rencana rencana tindakan keperawatan
pada pasien dengan GGK
d.
Mampu menerapkan rencana tindakan keperawatan dalam
tindakan nyata yang sesuai dengan masalah yang diprioritaskan
e.
Mampu melakukan evaluasi keperawatan
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
A.
Pengertian
Gagal ginjal
kronik adalah gangguan fungsi yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme keseimbangan cairan dan elektrolit
sehingga menyebabkan uremia ( retensi urea dan sampah nitrogen dalam darah)
Gagal ginjal atau penyakit ginjal tahap akhir (PGTA)
adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit yang dapat menyebabkan uremia yaitu retensi cairan dan natrium dan
sampah nitrogen lain dalam darah. (Smeltzer, 2002).
Gagal ginjal
kronik adalah penrurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan ireversibel
(Arif, 1999).
B. Etiologi
Glomerulonefritis, nefropati analgesik, nefropati
refluks, ginjal polikistik, nefropati diabetik, penyebab lain seperti
hipertensi, obstruksi, GOUT, dan tidak diketahui. Pada lanjut usia, penyebab
gagal ginjal kronik yang tersering adalah progressive renal sclerosis dan
pielonefritis kronis (Arif, 1999).
C. Patofisiologi
Penurunan fungsi renal
menyebabkan penimbunan produk akhir metabolisme tertimbun dalam darah sehingga
terjadi uremia. Selain itu penurunan dari filtrasi glomeruli juga dapat
menyebabkan klirens kreatinin menurun dan kadar kreatinin serum meningkat.
Ginjal tidak mampu untuk mengkonsentrasikan dan mengencerkan urin secara
normal, akibatnya terjadi retensi cairan dan natrium yamg meningkatkan
terjadinya edema. Penurunan dari fungsi ginjal juga menyebabkan produksi eritropoetin tidak
adekuat menstimulasi sum-sum tulang untuk menghasilkan sel darah merah dan
menyebabkan anemia yang disertai keletihan, angina, sesak napas, defisiemsi
nutrisi dan kecenderungan untuk terjadi perdarahan gastrointestinal. Selain itu
juga menurunkan kadar serum kalsium dan meningkatkan kadar fosfat serum.
Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi dari parathormon dan kelenjar
parathiroid.
Adanya gagal ginjal tubuh tidak berespon terhadap peningkatan parathormon
akibatnya kalsium ditulang menurun menyebabkan perubahan pada tulang dan
penyakit tulang.
D. Manifestasi klinis
Karena pada gagal ginjal
kronis setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan
memperlihatkan tanda dan gejala
1. Gejala kardiovaskuler
Pada gagal ginjal kronis mencakup hipertensi (
akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sytem renin
angiotensin-aldosteron) dan perikardirtis (iritasi pada lapisan pericardial
oleh toksik uremik).
2. Gejala Dermatologi
Yang sering terjadi mencakup rasa gatsl yang parah
(pruritus), warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering dan bersisik, kuku
tipis dan rapuh, butran uremik, suatu penumpukan kristal urea dikulit, saat ini
jarang terjadi akibat penanganan yang dini dan agresif
3. Gejala gastro intestinal
Sering terjadi dan mencakup : anoreksia, mual dan
muntah, nafas bau amonia, ulserasi dan perdarahan pada mulut, konstipasi dan
diare, perdarahan gastro intestinal.
4. Respirasi
Edema paru, efusi pleura, pleuritis
5. Neuromuskular
Lemah, gangguan tidur, sakit kepala, letargi,
gangguan muskular, neuropati perifer, bingung, koma.
6. hematologi
Anemia, perdarahan meningkat
E. Pemeriksaan diagnostik
1. Urin
a. Volume urin :
oliguri atau anuria
b. Warna
urin : keruh
c. BJ urin :
kurang 1,015
d. Osmolalitas
urin
e. Klirens kreatinin menurun
f. Natrium meningkat
g. Proteinuria
2. Darah
a. BUN/ kreatinin meningkat
b. Ht
dan Hb
c. Natrium serum
F. Penatalaksanan
a. Mengoptimalkan
dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
b. Pengawasan
terhadap berat badan, cairan dan urin
c. Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang
ginjal
d. Mencegah
dan mengatasi komplikasi
G. Pengkajian
1. Aktifitas
Gejala : Kelelahan ekstrem, kalemahan,
malaise
Gangguan tidur (insomnia /
gelisah atau somnolen)
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan
rentang gerak.
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi
lama atau berat
palpatasi, nyeri dada
(angina)
Tanda : Hipertensi, DUJ, nadi
kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak , tangan.
Nadi lemah, hipotensi
ortostatikmenunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir.
Pucat, kulit coklat
kehijauan, kuning.
Kecenderungan perdarahan
3. Integritas
Ego
Gejala : Faktor stress, contoh
finansial, hubungan dan sebagainya.
Perasaan tak berdaya, tak
ada harapan, tak ada kekuatan.
Tanda : Menolak, ansietas, takut,
marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
4. Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi
urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut)
Abdomen kembung, diare, atau
konstipasi
Tanda : Perubahan warna urine,
contoh kuning pekat, merah, coklat, oliguria.
5. Makanan /
cairan
Gejala : Peningkatan berat badan
cepat (oedema), penurunan berat badan (malnutrisi).
Anoreksia, nyeri ulu hati,
mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (pernapasan amonia)
Penggunaan diurotik
Tanda : Distensi abdomen/asites,
pembesaran hati (tahap akhir)
Perubahan turgor
kulit/kelembaban
Edema (umum, targantung)
Ulserasi gusi, pendarahan
gusi/lidah.
Penurunan otot, penurunan
lemak subkutan, penampilan tak bertenaga
6. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, penglihatan
kabur
Kram otot / kejang, syndrome
“kaki gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki, kesemutan dan kelemahan,
khususnya ekstremiras bawah.
Tanda : Gangguan status mental,
contah penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan
memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor.
Kejang, fasikulasi otot,
aktivitas kejang.
Rambut tipis, kuku rapuh dan
tipis
7. Nyeri /
kenyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit
kepala, kram otot/ nyeri kaki
Tanda : Perilaku berhati-hati /
distraksi, gelisah
8. Pernapasan
Gejala : Napas pendek, dispnea,
batuk dengan / tanpa sputum kental dan banyak
Tanda : Takipnea, dispnea,
peningkatan frekuensi / kedalaman.
Batuk dengan sputum encer
(edema paru)
9. Keamanan
Gejala : Kulit gatal
Ada / berulangnya infeksi
Tanda : Pruritis
Demam (sepsis, dehidrasi),
normotermia dapat secara aktual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami
suhu tubuh lebih rendah dari normal
Ptekie, area ekimosis pada
kulit
Fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi
10. Seksualitas
Gejala : Penurunan libido,
amenorea, infertilitas
11. Interaksi
sosial
Gejala : Kesulitan menentukan
kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam
keluarga.
12. Penyuluhan
/ Pembelajaran
Gejala : Riwayat DM (resiko tinggi
untuk gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis heredeter, kalkulus
urenaria, maliganansi.
Riwayat terpejan pada toksin, contoh obat,
racun lingkungan.
H. Diagnosa keperawatan
Kemungkinan diagnosa
keperawatan dengan kegagalan ginjal kronis adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan
serta natrium.
2. Perubahan nutrisi : kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah, pembatasan
diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.
3. Intoleran aktivitas
berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk sampah.
4. Resiko tinggi terhadap
penururnan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan
mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial, dan tahanan vaskular sistemik.
5. Resiko tinggi terhadap
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi toksin dalam kulit.
6. Ansietas berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana tindakan
dan prognosis
I. Intervensi keperawatan
1.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet
berlebih dan retensi cairan serta natrium.
a. Kaji
status cairan : Timbang BB/H, distensi vena jugularis, balance cairan, vital
sign
b. Batasi intake cairan
c. Jelaskan
mengenai pembatasan cairan pada pasien & keluarga
d. Tingkatkan oral higine
2. Perubahan nutrisi : kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah, pembatasan
diet, dan perubahan membrane mukosa mulut
a. Kaji status nutrisi: Perubahan BB, protein
,kadar besi,BUN, elektrolit serum
b. Kaji pola diet : riwayat
diet, makan kesukaan, hitung kalori
c. Kaji
faktor yg mempengaruhi masukan nutrisi : anoreksia, mual muntah, depresi,
stomatitis, makanan yg tidak menyenangkan, pengetahuan manfaat makan
3. Intoleran aktivitas
berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk sampah.
a. Kaji
faktor yg menyebabkan keletihan : anemia, ketidakseimbangan cairan &
elektrolit, retensi produk sampah, depresi
b. Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas
perawatan diri yg dapat ditoleransi, bantu jikan keletihan
Anjurkan istirahat setelah dialisis.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Kelompok mulai melakukan pengkajian pada tanggal
9-11 juni 2008
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.A
Umur : 37 tahun
Tanggal Lahir : 23 maret 1971
Jenis
Kelamin : laki-laki
Pendidikan : SMU
Suku
Bangsa : melayu
Tanggal
Masuk : 9 juni 2008
Waktu : 14.00 WIB
Rujukan : bukan rujukan
Penanggung
jawab : pasien menggunakan ASKESKIN
DX
media : Gagal ginjal
kronis
No
MR : 57 55 58
2. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami
penyakit keturunan serta penyakit yang lainnya seperti yang diderita saat. Pasien
mengatakan penyakitnya ini di deritanya sejak 3 bulan yang lalu dan telah
melakukan hemodialisa 2 kali seminggu sejak dia sakit. Pasien mengatakan sebelum menderita penyakit ini
kepalanya selalu pusing apabila melakukan kegiatan yang berat.
3. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Pasien
mengeluhkan nyeri didaerah kepala. Pasien mengatakan pusing apabila melakukan
aktivitas seperti berjalan.
4.
AKTIVITAS /ISTIRAHAT
Gejala (Data Subjektif)
Pasien seorang karyawan swasta. Saat ini pasien
mengeluh susah untuk beraktivitas karena pusing dan nyeri kepala
Tanda (Data Objektif)
TD : 110/80
mmHg
RR : 20
x/menit
N : 84 x/menit
Status mental compos mentis, postur simetris, tidak ada terjadi
deformitas.
Kekuatan otot 555 555
555 555
5.
SIRKULASI
Gejala (Data Subjektif)
Pasien tidak ada riwayat nyeri dada, dan tidak ada palpitasi.
Tanda (Data Objektif)
Bunyi jantung normal (lub-dub), irama teratur,
tidak ada mur-mur, pengisian kapiler kurang dari 2 detik, tidak ada varises di
daerah tangan dan kaki.
TD : 110/80 mmHg
Nadi: 84 x/i
RR: 20 x/i
6.
INTEGRITAS EGO
Gejala (Data Subjektif )
Klien selalu memikirkan kondisinya saat ini. Bila
mengalami masalah biasanya klien bercerita dengan istrinya dan selalu berserah
diri pada Allah SWT. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari klien mengalami
kesulitan keuangan dan biaya perawatan ditanggung oleh ASKESKIN.
Tanda (Data Objektif)
Klien tampak
tenang dalam menghadapi penyakitnya
7.
ELIMINASI
Gejala (Data Subjektif)
BAB 1
x/hari, konsistensi lunak, warna kuning dan tidak ada menggunakan laksatif.
BAK 4-5 x/hari namun keluar sedikit lebih
kurang 100-200 cc/hari, warna urin merah pekat, menggunakan diuretik (lasix).
Tanda (Data Objektif )
Bising usus
terdengar aktif pada keempat kuadran abdomen (7 x/menit).
8.
MAKANAN/CAIRAN
Gejala (Data Subjektif)
Diit yang didapat MB (Makanan Biasa) 3 x/hari,
habis 1 porsi setiap kali makan.. Klien minum ± 500-700 cc/hari.
Tanda (Data Objektif)
Bentuk tubuh tampak sedang dengan tinggi badan 164
cm. Turgor kulit baik membran mukosa lembab. Gigi lengkap
9.
HIGIENE
Gejala (Data Subjektif)
Aktivitas sehari-hari klien dibantu (minimal
care), mobilitas terbatas dan hanya berbaring di tempat tidur. Klien makan sendiri
dan mandi serta berpakaian. Kebutuhan eliminasi dibantu oleh istrinya.
Tanda (Data Objektif)
Penampilan umum klen rapi, cara berpakaian rapi
10.
NEUROSENSORI
Gejala (Data Subjektif)
Pasien mengalami nyeri kepala. Pasien
mengatakan tidak ada rasa kesemutan.
Tanda (Data Objektif).
Mata: normal (isokor)
Telinga: pendengaran pasien normal
Hidung : penciuman pasien normal
Kesadaran komposmentis, GCS: E4 M6 V5.
orientasi pasien baik terhadap orang, waktu dan tempat.
Kekuatan otot 555 555
555
555
11.
NYERI/KETIDAKNYAMANAN
Gejala (Data Subjektif)
Nyeri pada kepala
(skala 3). Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan berat bila digerakkan atau
melakukan aktivitas
Tanda (Data Objuektif)
Klien tampak meringis bila bergerak, klien tampak
berhati-hati dan memegang area kepala yang terasa nyeri.
12.
PERNAPASAN
Gejala (Data Subjektif)
Klien tidak ada mengeluh adanya masalah pada
pernapasan.
Tanda (Gejala Objektif)
Hantaran udara terdengar diseluruh area paru-paru,
bunyi napas vesikuler.
RR: 20x/i
13.
KEAMANAN
Gejala (Data Subjektif)
Pasien tidak memilki riwayat alergi
Tanda (Data Objektif)
Suhu tubuh 36 o celcius
14.
SEKSUALITAS
Gejala (Data Subjektif)
Klien tidak ada mengalami masalah pada organ
genitalia.
Tanda (Data Objektif)
Klien tidak bersedia dilakukan pemeriksaan.
15.
INTERAKSI SOSIAL
Gejala (Data Subjektif)
Klien sudah menikah dan memiliki 2 orang anak. Keluarga (istri)selalu mendukung dan
memotivasi klien untuk tetap sabar.
Tanda (Data Objektif)
Klien dapat berkomunikasi dengan baik, bicara
jelas dan dapat dimengerti. Interaksi dengan keluarga baik.
16.
PENYULUHAN /PEMBELAJARAN
Gejala (Data Subjektif)
Tingkat pendidikan klien SMU. Klien tidak
mengetahui cara mengurangi nyeri yang dirasakan. Klien memilih berobat ke
pelayanan kesehatan semenjak sakit yang dirasakan. Keluarga pasien tidak ada
yang mempunyai riwayat penyakit keturunan.
17. PROGRAM DOKTER
saat ini pasien hanya mendapatkan obat oral yaitu captopril
12,5 mg (2x1) dan injeksi lasix (1x1 amp).
Pemeriksaan labor terakhir dilakukan pada tanggal
10 juni 2008 dengan hasil
DARAH
-
Hemoglobin : 11,3 gr%
-
Leucocyt : 14.200/mm3
-
Trombocyt : 493.000/mm3
-
B.S.R : 43/Jam
-
Hematocryt : 33 vol%
SERUM
-
Glukosa :117 mg/dl (70-125)
-
Cholesterol :180 mg/dl (0-200)
-
D Bil : 0,1 mg/dl (0,0 - 0,2)
-
T Bil : 0,8 mg/dl (0,2 – 1,0 )
-
BUN : 55 mg/dl ( 7-18 )
-
Crea : 16,0 mg/dl ( 0,6 – 1,3 )
-
Uric : 10,2 mg/dl ( 2,3 – 7,5 )
-
AST : 21 iu/l ( 14-50 )
-
ALP : 195 iu/l ( 80 - 302)
-
TP : 7,7 g/l ( 6,7 – 8,7 )
-
ALT : 24 iu/l ( 11 – 60 )
-
Indirect
bili : 0,7
-
Ureum : 117,7 mg/dl ( 10 -50 )
URINE
-
Protein
: +3
-
Urobilinogen : normal
-
Berat
jenis : 1020
-
Kejernihan : agak keruh
-
Warna : kuning
-
Erytrocyt : 2 - 4
-
Leucocyt : 12-15 /lbp
-
Eph
cell : 6-8 / lbp
-
Bakteri : +
B. Analisa data
No
|
Data
|
Kemungkinan
penyebab
|
Masalah
|
1
|
DS:
-
mengatakan nyeri pada kepala
-
skala nyeri ringan (3)
DO:
- TD :
110/80 mmHg
- N : 84 x/menit
- R : 20 x/menit
|
Gangguan rasa nyaman nyeri
|
|
2
|
DS:
-
Pasien mengatakan badannya terasa lemah
-
Pasien
mengatakan bila beraktivitas kepalanya pusing
DO:
-
kebutuhan klien dibantu oleh istrinya
|
penurunan
produksi energi metabolic, prosedur dialisa
|
Intoleran aktivitas
|
3
|
DS:
-
pasien
mengatakan urinnya keluar sedikit dan menetes
-
mengatakan
urin yang keluar kira-kira 3 sendok makan
DO:
-
BUN:55
mg/dl
( 7 - 18
mg/dl )
-
Crea
: 16,0 mg/dl
(
0,6 – 1,3mg/dl )
-
Uric : 10,2 mg/dl
(
2,3 – 7,5 mg/dl )
-
Obat
captopril 12,5 mg
-
TD
110/80 mmHg
|
ketidakseimbangan cairan, kerja
miokardial, dan tahanan vaskular sistemik.
|
Resiko tinggi terhadap penurunan
curah jantung
|
C. Rencana Keperawatan
No DX
|
Data
|
Tujuan
dan KH
|
Intervensi
|
rasional
|
1
|
Nyeri berhubungan
dengan Pasokan oksigen ke jaringan
otak tidak adequat ditandai dengan:
DS:
-
mengatakan nyeri pada kepala
-
skla nyeri ringan (3)
DO:
- TD : 110/80 mmHg
- N : 84 x/m
- RR: 20x/i
- pasien tampak memegang kepalanya
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam gangguan rasa nyaman nyeri dapat teratasi dengan
KH:
-
TTV dalam batas normal
TD: 120/80mmHg
N: 60-80x/i
RR: 16-20x/i
-
Pasien rileks
-
Skala nyeri 1
|
1.
Kaji karakteristik nyeri
2.
Ukur tanda-tanda vital
3.
Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
4.
kolaborasi dalam pemberikan analgetik
5.
kolaborasi
dalam perencanaan tindakan medik (operasi)
|
1.
memberikan dasar untuk mengkaji perubahan pada
tingkat nyeri dan mengevaluasi intervensi.
2.
sebagai indikator untuk mengetahui tingkat nyeri dan
intervensi yang tepat selanjutnya.
3. untuk merelaksasikan otot-otot sehingga
mengurangi rasa nyeri
4. analgetik cenderung lebih efektif ketika diberikan secara dini
pada nyeri.
5. mempercepat proses penyembuhan
|
2
|
Intoleransi
aktifitas fisik berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolic,
keletihan ditandai dengan:
DS:
-
Pasien mengatakan badannya terasa lemah dan lelah
-
Pasien
mengatakan bila beraktivitas (berjalan) kepalanya pusing dan nyeri
DO:
-
kebutuhan
klien dibantu oleh istri
|
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam intoleransi aktivitas dapat teratasi
dengan
KH:
-
klien dapat beraktivitas secara minimal
-
keluarga terlibat dalam aktivitas klien
-
kebutuhan dasar pasien terpenuhi seperti elliminasi,
makan/minum, berpakaian, kebersihan.
|
1.
Kaji
tingkat aktivitas klien.
2.
Dekatkan
kebutuhan yang diperlukan oleh klien.
3.
Berikan
kesempatan pada klien melakukan aktivitas mandiri.
4.
Libatkan
keluarga dalam perawatan mobilitas fisik.
5.
Bantu
ambulasi secara bertahap.
|
1.
mengetahui
tingkat kemampuan dalam memenuhi kebutuhan ADL pedoman untuk intervensi
selanjutnya
2.
memudahkan
klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
3.
untuk
mengetahui kemajuan yang dirasakan oleh klien
4.
partisipasi
keluarga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan mobilitasnya.
5.
ambulasi
yang tidak bertahap dapat menyebabkan kelelahan dan ambulasi bertahap dapat
mencegah terjadinya cedera krisis situasi (kanker).
|
3
|
Resiko tinggi terhadap penurunan
curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume
sirkulasi, kerja miokardial, dan tahanan vaskular sistemik
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam masalah resiko penurunan curah jantung dapat teratasi dengan KH:
- TD dalam batas normal
- Frekuensi jantung dalam batas normal
- Nadi perifer kuat
|
|
|
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Setelah kelompok melakukan asuhan keperawatan pada
TN A dengan GGK di ruang Murai I RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, maka kelompok
dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian yang dilakukan tidak banyak
berbeda dengan pengkajian pada konsep berfokus pada masalah yang dihadapi
pasien
2. Mengatasi masalah yang ditemuka pada
pasien perlu direncanakan beberapa tindakan keperawatan dengan menentukan
tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan prorioritas masalah
3. Diagnosa medis dapat saja berubah sejalan
dengan waktu sehingga selain terapi diberikan, pemeriksaan penunjang lainnya
harus tetap dikolaborasikan untuk menentukan dan mengatasi masalah lain yang
muncul pada pasien
B. Saran
1. Bagi perawat
Pada pengkajian diharapkan perawat benar-benar
bisa melaksanakan secara tepat dan benar, sehinggga dalam menegakkan diagnosa
bisa lebih akurat dan penangananya lebih cepat.
2. Bagi pasien dan keluarga
diharapkan pasien dan keluarga dapat menerima
anjuran selain terapi dan pengobatan serta menjaga keeimbangan aktivitas, diit,
istirahat yang tepat selama dirawat.
3. Bagi mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan
mahasiswa sehingga mahasiswa lebih peka terhadap kebutuhan pasien, serta
memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan teori yang didapatkan di
perkuliahan.
DAFTAR
PUSTAKA
Arif, mansjoer (1999). Kapita selekta
kedokteran. Jakarta: EGC.
Brunner & Sudarth. ( 2002 ) Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah.
Edisi, 8. Jilid 2. Jakarta: EGC
Doenges (2000). Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC
Price, Sylvia (1995). Patofisiologi: konsep klinis
proses-proses penyakit. Jakarta: EGC
Terimakasih untuk informasi penyakit ginjalnya. Pencegan yang baik adalah dengan menjaga pola hidup sehat, seperti makanan sehat, olah raga teratur dan minum yang cukup serta jangan menahan buang air kecil..
ReplyDelete