BAB I
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Menurut WHO,
penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar 95 mmHg (Nasrin,
2003).
Hipertensi
adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi
adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan
darah (Mansjoer, 2005).
Hipertensi adalah
keadaan menetap tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg atau tekanan diastolik
lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostik ini dapat dipastikan dengan mengukur
rata-rata tekanan darah pada dua waktu yang terpisah (FKUI, 2001). Patologi
utama pada hipertensi adalah peningkatan tekanan vesikalis perifer arterior
(Mansjoer, 2005).
B. ETIOLOGI
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi
dua golongan besar yaitu:
1.
Hipertensi essensial (hipertensi primer)
yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya.
Hipertensi
primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 %
sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum
diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan
beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Pada umunya
hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai
respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a.
Genetik:
Respon neurologi
terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.
b. Obesitas: Terkait dengan level insulin yang
tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c. Stress lingkungan.
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan
arterisklerosis pada orang tua serta pelebaran pembuluh darah.
Penyebab hipertensi pada orang
dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada:
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah
menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi
dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh
darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum
diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan
beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut
adalah sebagai berikut:
a.
Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa
seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi
jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah:
1)
Umur (jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat)
2)
Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi
dari perempuan)
3) Ras (ras kulit hitam lebih banyak
dari kulit putih)
c.
Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah:
1) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi
dari 30 gr)
2) Kegemukan atau makan berlebihan
3) Stress
4) Merokok
5) Minum alkohol
6) Minum obat-obatan (ephedrine,
prednison, epineprin)
Hipertensi
sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain. Penyebab
hipertensi
sekunder adalah:
a.
Ginjal
1) Glomerulonefritis
2) Pielonefritis
3) Nekrosis tubular akut
4) Tumor
b. Vascular
1) Aterosklerosis
2) Hiperplasia
3) Trombosis
4) Aneurisma
5) Emboli kolestrol
6) Vaskulitis
c. Kelainan endokrin
1) DM
2) Hipertiroidisme
3) Hipotiroidisme
d. Saraf
1) Stroke
2) Ensepalitis
3) SGB
e.
Obat-obatan
1) Kontrasepsi oral
2) Kortikosteroid
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Rokhaeni (2001) manifestasi
klinis pada beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu:
1)
Mengeluh
sakit kepala dan pusing
2)
Lemas dan kelelahan
3)
Sesak
nafas
4)
Gelisah
5)
Mual
6)
Muntah
7)
Epistaksis
8)
Kesadaran
menurun
D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi
dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak.
Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah
ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di
toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal.
Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk pertimbangan gerontology.
Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang
jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).
E. KLASIFIKASI
Secara klinis
derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan rekomendasi dari “The Sixth
Report of The Join National Committee, Prevention, Detection and Treatment of
High Blood Pressure “ (JNC-VI, 1997) sebagai berikut:
No
|
Kategori
|
Sistolik(mmHg)
|
Diastolik(mmHg)
|
1.
|
Optimal
|
<120
|
<80
|
2.
|
Normal
|
120
– 129
|
80
– 84
|
3.
|
High
Normal
|
130
– 139
|
85
– 89
|
4.
|
Hipertensi
|
|
|
|
Grade
1 (ringan)
|
140
– 159
|
90
– 99
|
|
Grade
2 (sedang)
|
160
– 179
|
100
– 109
|
|
Grade
3 (berat)
|
180
– 209
|
100
– 119
|
|
Grade
4 (sangat berat)
|
>210
|
>120
|
F.
PENATALAKSANAAN
Pengelolaan
hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
1.
Penatalaksanaan
Medis
Penanggulangan hipertensi secara
garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan:
penatalaksanaan:
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB
dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin
dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2) Aktivitas
Klien
disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan
batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
b.
Penatalaksanaan
Farmakologis.
Secara garis besar terdapat beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2) Mempunyai toksitas dan efek samping
yang ringan atau minimal.
3) Memungkinkan penggunaan obat secara
oral.
4) Tidak menimbulkan intoleransi.
5) Harga obat relative murah sehingga
terjangkau oleh klien.
6) Memungkinkan penggunaan jangka
panjang.
Golongan obat-obatan yang diberikan
pada klien dengan hipertensi seperti golongan diuretik, golongan betabloker,
golongan antagonis kalsium, golongan penghambat konversi renin angiotensin.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara
menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk
mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi
ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein
dalam urin, darah, dan glukosa
6. Pemeriksaan: renogram, pielogram
intravena arteriogram renal, dan pemeriksaan fungsi ginjal terpisah
dan penentuan kadar urin
7. Foto dada dan CT scan
H.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Aktivitas/
Istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas
pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat,
perubahan irama jantung, takipnea.
b.
Sirkulasi
Gejala
: Riwayat Hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantung koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, serta episode palpitasi.
Tanda
: Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas
dari karotis, jugularis, radialis, takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena
jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler
mungkin lambat/ bertunda.
c. Integritas
Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas.
Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, tangisan
meledak, otot muka tegang, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala:
Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal
pada masa yang lalu)
f.
Makanan/cairan
Gejala:
Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB.
Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya edema, dan glikosuria
g. Neurosensori
Gejala: Keluhan kepala
pusing, gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur).
Tanda:
Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, proses pikir,
serta penurunan kekuatan genggaman tangan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah:
a. Resiko tinggi terhadap penurunan
curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi
ventricular.
Tujuan
: Afterload tidak meningkat, tidak
terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemi miokard.
Hasil yang diharapkan:
Berpartisipasi
dalam aktivitas yang menurunkan TD, mempertahankan TD dalam rentang yang
dapat diterima, memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.
Intervensi keperawatan:
1) Pantau TD,
ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
2) Catat
keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
3) Auskultasi
tonus jantung dan bunyi napas
4) Amati warna
kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
5) Catat edema
umum
6) Berikan
lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
7) Pertahankan
pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi
8) Bantu
melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
9) Lakukan
tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher
10) Anjurkan
tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
11) Pantau respon
terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
12) Berikan pembatasan
cairan dan diit natrium sesuai indikasi
13) Kolaborasi
untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
b. Nyeri (sakit
kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tujuan: Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat.
Tujuan: Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat.
Hasil yang diharapkan:
Pasien
mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman
Intervensi keperawatan:
1) Pertahankan
tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
2) Minimalkan
gangguan lingkungan dan rangsangan
3) Batasi
aktivitas
4) Hindari merokok
atau menggunkan penggunaan nikotin
5) Beri obat
analgesia dan sedasi sesuai pesanan
6) Beri tindakan
yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi
nyaman, tehnik
relaksasi
c. Potensial
perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan
gangguan
sirkulasi
Tujuan: sirkulasi
tubuh tidak terganggu
Hasil yang diharapkan:
Tekanan darah
dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai
nilai laboratorium dalam batas normal. Haluaran urin 30 ml/ menit ada
tanda-tanda vital stabil.
Intervensi Keperawatan:
1) Pertahankan
tirah baring, tinggikan kepala tempat tidur
2) Kaji tekanan
darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri
jika tersedia
3) Pertahankan
cairan dan obat-obatan sesuai pesanan
4) Amati adanya
hipotensi mendadak
5) Ukur masukan dan pengeluaran
6) Pantau
elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan
7) Ambulasi sesuai
kemampuan; hibdari kelelahan
d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri
Tujuan: Klien
terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi
Hasil
yang diharapkan:
Pasien mengungkapkan pengetahuan dan
ketrampilan penatalaksanaan perawatan dini
Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan.
Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan.
Intervensi keperawatan:
1) Jelaskan
sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
2) Jelaskan
pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
3) Diskusikan
tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek
samping atau efek toksikd. Jelaskan
perlunya menghindari pemakaian obat bebas
tanpa pemeriksaan dokter
4) Diskusikan
gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing,
pingsan, mual dan muntah.
5) Diskusikan
pentingnya mempertahankan berat badan stabil
6) Diskusikan pentingnya menghindari
kelelahan dan mengangkat berat. Diskusikan
perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai pesanan.
7)
Jelaskan
penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang
diperbolehkan, pembatasan seperti
kopi yang mengandung kafein, teh serta alkohol.
8)
Jelaskan
perlunya menghindari konstipasi dan penahanan.
BAB II
ANALISA KASUS
A. Kasus
Tn. L, 61 tahun dirawat di ruang Nuri 1 RSUD
Arifin Achmad sejak tiga hari yang lalu. Keluhan Tn. L saat ini: kepala sakit,
badan lemah, sulit tidur, konjunctiva anemis, anoreksia, makan 3-4 sendok.
Tanda-tanda vital BP: 180/110 mmHg, P: 120 x/i, RR: 30 x/i, T: 38.5 C. Keluarga
pasien mengatakan Tn. L sering mengeluh sakit kepala sejak satu bulan yang lalu
dan hanya mengkonsumsi obat warung untuk mengatasi sakitnya.
B. Data
Demografi
Nama: Tn. L
Umur: 61 tahun
Ruang: Nuri 1 RSUD Arifin Ahmad
Pengkajian
Keluhan: Kepala sakit, badan lemah,Sulit tidur,
konjungtiva anemis, anoreksia, makan 3-4 sendok.
TTV: BP: 180/110 mmHg, P: 120 x/i, RR: 30 x/i, T: 38,50 C
C. Analisa Data
No
|
Data
|
Masalah Keperawatan
|
1
|
DS:
a. Klien mengatakan sering anoreksia
b. Klien mengatakan lemah
c. Klien mengatakan makan 3-4 sendok
DO:
a. Konjuktiva anemis
b. Klien terlihat lemah
|
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan
|
2
|
DS :
a. Klien mengatakan sering sakit
kepala
b. Klien mengatakan tengkuknya terasa
sakit
c.
Klien mengatakan sering pusing dan mulai
dirasakan sejak 1 bulan yang lalu
d.
Klien mengatakan hanya
mengkonsumsi obat warung untuk mengatasi sakitnya
DO :
a. Klien terlihat memegang kepala
b. Klien tampak meringis
c. Klien sulit tidur
d. Konjungtiva klien anemis
e. Skala nyeri: 6-7
f. TTV :
TD : 180/110 mmHg
RR : 30 x /
menit
P : 120 x /
menit
T : 38,5oC
|
Nyeri
|
|
DS :
a. Klien
mengatakan mudah lelah dan badannya lemah
b. Klien mengatakan mual dan
muntah, hanya makan 3-4 sendok
DO :
a. Klien terlihat lesu
b. Klien terlihat banyak diam
|
Intoleransi
aktivitas
|
D. Diagnosa Keperawatan:
1) Gangguan rasa nyaman: nyeri
(sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Tujuan:
Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat.
Kriteria Hasil:
Klien
mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman.
Intervensi :
a.
Pertahankan tirah baring,
lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
b.
Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan.
c.
Batasi aktivitas.
d.
Hindari merokok atau
menggunkan penggunaan nikotin.
e.
Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan.
f.
Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres
es, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi.
2) Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
O2.
Tujuan: Aktivitas pasien
terpenuhi.
Kriteria Hasil:
Klien
dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan/ diperlukan, melaporkan
peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi :
a. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunakan
parameter: frekuensi nadi 20 per menit diatas frekuensi istirahat, catat peningkatan
TD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing
atau pingsan. (Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress,
aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja/ jantung).
b. Kaji kesiapan untuk meningkatkan
aktivitas contoh: penurunan kelemahan/ kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi,
peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri. (Stabilitas fisiologis
pada istirahatpenting untuk memajukan tingkat aktivitas individual).
b. Dorong
memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri. (Konsumsi oksigen miokardia
selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan
aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung).
c.
Berikan bantuan sesuai
kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi/rambut dengan
duduk dan sebagainya. (Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi
dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen).
d. Dorong
pasien untuk partisipasi dalam memilih periode aktivitas, seperti jadwal
meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan.
E. Managemen Farmakologi Dan
Non Farmakologi
1. Managemen
farmakologi yang bisa diberikan kepada klien:
Dilakukan
pemberian obat, dengan pilihan pertama golongan Diuretik dan Betabloker karena
memiliki efektivitas yang tinggi dalam menurunkan tekanan darah dan efek
samping ringan.
a. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan
tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah
Hidroklorotiazid.
b. Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan
daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada
penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma
bronkial. Contoh obatnya adalah: Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada
penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala
hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah
yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala
bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus
hati-hati.
c. Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat
aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas).
Contoh obatnya adalah: Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
d. Vasodilator
Obat
golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos
(otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah: Prasosin,
Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini
adalah: sakit kepala dan pusing.
e. Penghambat enzim
konversi Angiotensin.
Cara
kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat
yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk
golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah: batuk
kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
f.
Antagonis kalsium
Golongan
obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung
(kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah: Nifedipin, Diltiasem
dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah: sembelit, pusing, sakit
kepala dan muntah.
g.
Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara
kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang
termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang
mungkin timbul adalah: sakit kepala, pusing, lemas dan mual. Dengan pengobatan
dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya
hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
2. Managemen
Nonfarmakologi yang diberikan kepada klien:
a.
Klien dianjurkan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan
batasan medis.
b. Klien dianjurkan untuk diet rendah garam/
kolesterol/ lemak jenuh
c. Ciptakan keadaan
rileks, dimana keadaan rileks dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
3. Pendidikan
Kesehatan yang
diberikan
pada Tn. L
Penyuluhan kesehatan
yang bisa diberikan kepada klien yaitu memberikan informasi mengenai penyakit
Hipertensi, penggunaan obat-obatan dan pengelolaannya sehingga klien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hipertensi
adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi
adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan
darah (Mansjoer, 2000). Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan
menjadi 2 golongan besar yaitu hipertensi essensial (hipertensi primer) dimana hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya,
dan hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah faktor keturunan, ciri keseorangan, dan
kebiasaan hidup.
B. SARAN
Penulis
berharap dengan makalah ini, semoga mahasiswa dapat mengerti bagaimana asuhan
keperawatan pada klien dengan hipertensi serta paham bagaimana patofiologi yang
terjadi pada klien dengan hipertensi sehingga bisa berpikir kritis dalam
melakukan tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
L. Bruser, V (2006). Aplikasi Klinis Patofisiologi. Jakarta:
EGC.
Mansjoer,
A (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Rokhaeni, dkk (2001). Buku Ajar Keperawatan
Kardiovaskuler. Jakarta: Harapan Kita.
Udjianti,
J (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.