BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka berbagai
penyakit degeneratif dan metabolik, termasuk osteoporosis akan menjadi problem
muskolokeletal yang memerlukan perhatian khusus, terutama dinegara berkembang,
termasuk indonesia. Pada tahun 1990, ternyata jumlah penduduk yang berusia 55
tahun atau lebih mencapai 9,2%, meningkat 50% dibandingkan survey tahun 1971.
Dengan demikian, kasus osteoporosis dengan berbagai akibatnya, terutama fraktur
diperkirakan juga akan meningkat ( Sodoyo, 2009 )
Penelitian Roeshadi di Jawa Timur, mendapatkan bahwa
puncak massa tulang dicapai pada usia 30-34 tahun dan rata-rata kehilangan
massa tulang pasca menopause adalah 1,4% tahun. Penelitian yang dilakukan di
klinik Reumatologi RSCM mendapatkan faktor resiko osteoporosis yang meliputi
umur, lamanya menopause dan kadar estrogen yang rendah, sedangkan faktor
proteksinya adalah kadar estrogen yang tinggi, riwayat berat badan lebih/obesitas
dan latihan yang teratur ( Sudoyo, 2009 ).
B.
Rumusan Masalah
Agar
penulisan makalah tidak menyimpang dari tujuan semula, maka penulis merumuskan
masalah pada:
1.
Apa
yang dimaksud dengan Osteoporosis?
2.
Apa
etiologi dari Osteoporosis?
3.
Bagaimana
manifestasi klinis Osteoporosis?
4.
Bagaimana
penatalaksanaan Osteoporosis secara medis dan keperawatan?
5. Bagaimana
asuhan keperawatan pada klien dengan Osteoporosis ?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai proses pembelajaran mahasiswa
dalam memahami Osteoporosis, dan mahasiswa mampu memahami defenisi, etiologi,
manifestasi klinis, klassifikasi, penatalaksanaan medis dan keperawatan serta
asuhan keperawatan dari Osteoporosis.
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
A.
Defenisi
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya
tulang, dan porous berarti
berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos,
yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau
berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas
jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra, 2009).
Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di Roma, Itali,
1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang
yang rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas
jaringan tulang, yang pada akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan
tulang dengan resiko terjadinya patah tulang (Suryati, 2006).
Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah
kelainan kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang mengkhawatirkan dan
dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang
merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas tulang
(Junaidi, 2007).
Osteoporosis
adalah penyakit tulamg sisitemik yang ditandai oleh penurunan mikroarsitektur tulang
sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Pada tahun 2001, National Institute of Health (NIH)
mengajukan definisi baru osteoporosis sebagai penyakit tulang sistemik yang
ditandai oleh compromised bone strength sehingga tulang mudah patah ( Sudoyo,
2009 ).
Osteoporosis dibagi 2
kelompok, yaitu :
a. Osteoporosis
Primer
Osteoporosis
primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang menyebabkan peningkatan
proses resorpsi di tulang trabekula sehingga meningkatkan resiko fraktur
vertebra dan Colles. Pada usia decade awal pasca menopause, wanita lebih sering
terkena dari pada pria dengan perbandingan 68:1 pada usia rata-rata 53-57
tahun.
b. Osteoporosis
Sekunder
Osteoporosis
sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain diluar tulang
B. Etiologi
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:
1. Determinan
Massa Tulang
a.
Faktor genetik
Perbedaan
genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang
mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang
kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia
bangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit
Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur karena osteoporosis.
b. Faktor mekanis
Beban mekanis
berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk. Bertambahnya beban
akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan
berkurangnya massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap
kerja mekanik Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan
juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau pengayuh
becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya terutama
pada lengan atau tungkainya, sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya
akan dijumpai pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yang
lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum
diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa
lama untuk meningkatkan massa tulang di sampihg faktor genetik.
c.
Faktor makanan
dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi
yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal
sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang
berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan,
disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan
tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan genetiknya.
2.
Determinan penurunan Massa Tulang
a. Faktor genetik
Pada seseorang
dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada
seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal
yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu mempunyai
ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya serta beban mekanis den besar
badannya. Apabila individu dengan tulang yang besar, kemudian terjadi proses
penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka
individu tersebut relatif masih mempunyai tulang lebih banyak dari pada
individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama.
b.
Faktor mekanis
Faktor mekanis mungkin merupakan yang terpenting
dalarn proses penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi
panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan
menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi
beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.
c.
Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting
dalam proses penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya usia,
terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat
penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya
rendah dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya
menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya
juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas,
bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara masukan kalsium
dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause
keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang
serta eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan
estrogen pada masa menopause adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang
negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.
d.
Protein
Protein juga
merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang.
Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang
mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium. Pada
umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain.
Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan
mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan
mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang
mengandung protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi
keseimbangan kalsium yang negative.
e.
Estrogen.
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh
akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan
oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga
menurunnya konservasi kalsium di ginjal.
f.
Rokok dan kopi
Merokok
dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa
tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme
pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi
kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
g. Alkohol
Alkoholisme
akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan
masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat.
Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti .
Beberapa penyebab osteoporosis dalam (Junaidi, 2007),
yaitu:
1.
Osteoporosis
pascamenopause terjadi karena
kurngnya hormon estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur
pengangkutan kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala timbul pada perempuan yang
berusia antara 51-75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat.
Hormon estrogen produksinya menurun 2-3 tahun sebelum menopause dan terus berlangsung 3-4 tahun setelah meopause. Hal
ini berakibat menurunnya massa tulang sebanyak 1-3% dalam waktu 5-7 tahun
pertama setelah menopause.
2.
Osteoporosis
senilis kemungkinan merupakan akibat
dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidak seimbangan
antara kecepatan hancurnya tulang (osteoklas)
dan pembentukan tulang baru (osteoblast).
Senilis berati bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini
biasanya terjadi pada orang-orang berusia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih
sering wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan pasca menopause.
3.
Kurang
dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder yang
disebakan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa
disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid,
paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan (mislnya kortikosteroid, barbiturat,
anti kejang, dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang
berlebihan dapat memperburuk keadaan ini.
4.
Osteoporosis
juvenil idiopatik merupakan jenis
osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak
dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar
vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya
tulang.
C. Manifestasi
Klinis
Osteoporosis dimanifestasikan dengan :
1. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.
2. Nyeri
timbul mendadak.
3.
Sakit
hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang.
4.
Nyeri
berkurang pada saat istirahat di tempat tidur.
5.
Nyeri
ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan aktivitas.
6.
Deformitas
vertebra thorakalis à Penurunan tinggi badan
D. Patofisiologi
Kartilago hialin adalah jaringan elastis
yang 95% terdiri dari air dan matrik ekstra selular, 5 % sel konrosit.
Fungsinya sebagai penyangga juga pelumas sehingga tidak menimbulkan nyeri pada
saat pergerakan sendi.
Apabila kerusakan jaringan rawan sendi
lebih cepat dari kemampuannya untuk memperbaiki diri, maka terjadi penipisan
dan kehilangan pelumas sehingga kedua tulang akan bersentuhan. Inilah yang
menyebabkan rasa nyeri pada sendi lutut. Setelah terjadi kerusakan tulang
rawan, sendi dan tulang ikut berubah.
E. Pemeriksaan
Diagnostik
a.
Pemeriksaan
radiologik
Dilakukan untuk menilai densitas massa tulang sangat
tidak sensitif. Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah
penipisan korteks dan daerah trabekuler yang lebih lusen.Hal ini akan tampak
pada tulang-tulang vertebra yang memberikan gambaran picture-frame vertebra.
b.
Pemeriksaan
densitas massa tulang (Densitometri)
Densitometri tulang merupakan pemeriksaan yang akurat dan
untuk menilai densitas massa tulang, seseorang dikatakan menderita osteoporosis
apabila nilai BMD ( Bone Mineral Density ) berada dibawah -2,5 dan dikatakan
mengalami osteopenia (mulai menurunnya kepadatan tulang) bila nilai BMD berada
antara -2,5 dan -1 dan normal apabila nilai BMD berada diatas nilai -1.
Beberapa metode yang digunakan untuk menilai densitas
massa tulang:
1.
Single-Photon
Absortiometry (SPA)
Pada SPA digunakan unsur radioisotop I yang mempunyai
energi photon rendah guna menghasilkan berkas radiasi kolimasi tinggi. SPA
digunakan hanya untuk bagian tulang yang mempunyai jaringan lunak yang tidak
tebalseperti distal radius dan kalkaneus.
2.
Dual-Photon
Absorptiometry (DPA)
Metode ini mempunyai cara yang sama dengan SPA.
Perbedaannya berupa sumber energi yang mempunyai photon dengan 2 tingkat energi
yang berbeda guna mengatasi tulang dan jaringan lunak yang cukup tebal sehingga
dapat dipakai untuk evaluasi bagian-bagian tubuh dan tulang yang mempunyai
struktur geometri komplek seperti pada daerah leher femur dan vetrebrata.
3.
Quantitative
Computer Tomography (QCT)
Merupakan densitometri yang paling ideal karena mengukur
densitas tulang secara volimetrik.
c.
Sonodensitometri
Sebuah metode yang digunakan untuk menilai densitas
perifer dengan menggunakan gelombang suara dan tanpa adanya resiko radiasi.
d.
Magnetic
Resonance Imaging (MRI)
MRI dalam menilai densitas tulang trabekula melalui dua langkah
yaitu pertama T2 sumsum tulang dapat digunakan untuk menilai densitas serta
kualitas jaringan tulang trabekula dan yang kedua untuk menilai arsitektur
trabekula.
e.
Biopsi
tulang dan Histomorfometri
Merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk memeriksa
kelainan metabolisme tulang.
f.
Radiologis
Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau
masa tulang yang menurun yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding
dekat korpus vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling berat. Penipisa
korteks dan hilangnya trabekula transfersal merupakan kelainan yang sering
ditemukan. Lemahnya korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang menggelembung
dari nukleus pulposus ke dalam ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas
bikonkaf.
g.
CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara
kuantitatif yang mempunyai nilai penting dalam diagnostik dan terapi follow up.
Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3 baisanya tidak menimbulkan
fraktur vetebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3
ada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.
h.
Pemeriksaan
Laboratorium
1. Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak
menunjukkan kelainan yang nyata.
2. Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT
meningkat) dan Ct (terapi ekstrogen merangsang pembentukkan Ct)
3.
Kadar 1,25-(OH)2-D3
absorbsi Ca menurun.
4. Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu
sehingga meningkat kadarnya.
F.
Web Of Caution
1. Diagnosa
keperawatan
a.
Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur, spasme otot, deformitas tulang.
b.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi
sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.
c.
Risiko cedera berhubungan
dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh.
d.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurang informasi.
2. Intervensi
Keperawatan
a.
Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur, spasme otot, deformitas tulang.
Intervensi Keperawatan
|
Rasionalisasi
|
1.
Pantau tingkat nyeri pada
punggung, nyeri terlokalisasi atau menyebar pada abdomen atau pinggang.
2.
Ajarkan pada klien tentang
alternative lain untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyerinya.
3.
Kaji obat-obatan untuk
mengatasi nyeri.
4.
Rencanakan pada klien
tentang periode istirahat adekuat dengan berbaring dalam posisi telentang
selama kurang lebih 15 menit
|
1. tulang dalam peningkatan jumlah trabekular, pembatasan gerak
spinal.
2. Alternatif lain untuk mengatasi nyeri, pengaturan posisi, kompres
hangat dan sebagainya.
3. Keyakinan klien tidak dapat menoleransi obat yang adekuat atau
tidak adekuat untuk mengatasi nyerinya.
4. Kelelahan dan keletihan dapat menurunkan minat untuk aktivitas
sehari-hari.
|
b.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi
sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.
Intervensi Keperawatan
|
Rasionalisasi
|
1.
Kaji tingkat kemampuan
klien yang masih ada.
2.
Rencanakan tentang
pemberian program latihan:
·
Bantu klien jika
diperlukan latihan
·
Ajarkan klien
tentang aktivitas hidup sehari hari yang dapat dikerjakan
·
Ajarkan pentingnya
latihan.
3.
Bantu kebutuhan untuk
beradaptasi dan melakukan aktivitas hidup sehari hari, rencana okupasi .
4.
Peningkatan latihan fisik
secara adekuat:
·
dorong latihan dan hindari
tekanan pada tulang seperti berjalan.
·
instruksikan klien
untuk latihan selama kurang lebih 30menit dan selingi dengan istirahat dengan
berbaring selama 15 menit
·
hindari latihan
fleksi, membungkuk tiba– tiba,dan penangkatan beban berat
|
1. Dasar untuk memberikan alternative dan latihan gerak yang sesuai
dengan kemapuannya.
2. Latihan akan meningkatkan pergerakan otot dan stimulasi
sirkulasi darah
3. Aktifitas hidup sehari-hari secara mandiri
4. Dengan latihan fisik:
·
Masa otot lebih
besar sehingga memberikan perlindungan pada osteoporosis
·
Program latihan
merangsang pembentukan tulang
·
Gerakan menimbulkan
kompresi vertical dan fraktur vertebra.
|
c.
Risiko cedera berhubungan
dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh.
Intervensi Keperawatan
|
Rasionalisasi
|
1.
Ciptakan lingkungan yang
bebas dari bahaya:
·
Tempatkan klien pada
tempat tidur rendah.
·
Amati lantai yang membahayakan
klien.
·
Berikan penerangan
yang cukup
·
Tempatkan klien pada
ruangan yang tertutup dan mudah untuk diobservasi.
·
Ajarkan klien
tentang pentingnya menggunakan alat pengaman di ruangan.
2.
Berikan dukungan ambulasi
sesuai dengan kebutuhan:
·
Kaji kebutuhan untuk
berjalan.
·
Konsultasi dengan
ahli therapist.
·
Ajarkan klien untuk
meminta bantuan bila diperlukan.
·
Ajarkan klien untuk
berjalan dan keluar ruangan.
3.
Bantu klien untuk melakukan
aktivitas hidup sehari-hari secara hati-hati.
4.
Ajarkan pada klien untuk
berhenti secara perlahan, tidak naik tanggga, dan mengangkat beban berat.
5.
Ajarkan pentingnya diet
untuk mencegah osteoporosis:
·
Rujuk klien pada
ahli gizi
·
Ajarkan diet yang
mengandung banyak kalsium
·
Ajarkan klien untuk
mengurangi atau berhenti menggunakan rokok atau kopi
6.
Ajarkan tentang efek
rokok terhadap pemulihan tulang
7. Observasi efek samping obat-obatan yang digunakan
|
1.
Menciptakan lingkungan yang
aman dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan.
2.
Ambulasi yang dilakukan
tergesa-gesa dapat menyebabkan mudah jatuh.
3.
Penarikan yang terlalu
keras akan menyebabkan terjadinya fraktur.
4.
Pergerakan yang cepat akan
lebih memudahkan terjadinya fraktur kompresi vertebra pada klien
osteoporosis.
5.
Diet kalsium dibutuhkan
untuk mempertahankan kalsium serum, mencegah bertambahnya kehilangan tulang.
Kelebihan kafein akan meningkatkan kalsium dalam urine. Alcohol akan
meningkatkan asidosis yang meningkatkan resorpsi tulang
6.
Rokok dapat meningkatkan
terjadinya asidosis.
7.
Obat-obatan seperti
diuretic, fenotiazin dapat menyebabkan pusing, megantuk, dan lemah yang
merupakan predisposisi klien untuk jatuh.
|
d.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurang informasi.
Intervensi Keperawatan
|
Rasionalisasi
|
1. Kaji ulang proses penyakit dan harapan
yang akan datang
2. Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis
3. Berikan pendidikan kepada klien mengenai
efek samping penggunaan obat
|
1. Memberikan dasar pengetahuan dimana klien dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi.
2. Informasi yang diberikan akan membuat klien lebih
memahami tentang penyakitnya
3. Suplemen kalsium ssering mengakibatkan nyeri lambung
dan distensi abdomen maka klien sebaiknya mengkonsumsi kalsium bersama
makanan untuk mengurangi terjadinya efek samping tersebut dan memperhatikan
asupan cairan yang memadai untuk menurunkan resiko pembentukan batu ginjal
|
G. Penatalaksanaan
Medis dan Keperawatan
1. Penatalaksanaan
Medis
A. Pengobatan
1. Meningkatkan
pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan pembentukan tulan adalah
Na-fluorida dan steroid anabolik
2. Menghambat
resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi tulang adalah
kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat.
B.
Pencegahan
Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia
pertumbuhan/dewasa muda, hal ini bertujuan:
1. Mencapai
massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal
2. Mengatur
makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar seperti:
a. Diet
mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
b. Latihan
teratur setiap hari
c. Hindari
:
1. Makanan
tinggi protein
2. Minum
alkohol
3. Merokok
4. Minum
kopi
5. Minum
antasida yang mengandung aluminium
2. Penatalaksanaan
keperawatan
a.
Membantu
klien mengatasi nyeri.
b.
Membantu
klien dalam mobilitas.
c.
Memberikan
informasi tentang penyakit yang diderita kepada klien.
d.
Memfasilitasikan
klien dalam beraktivitas agar tidak terjadi cedera.
BAB III
KASUS
A. Uraian
Kasus
Ny. S umur 58 tahun datang ke RSUD AA Pekanbaru dengan keluhan
ngilu pada sendi yang seringdirasakannya sejak 3 bulan yang lalu, rasa ngilu
itu sudah dirasakan sejak beberapa tahun yang lalu, namun Ny. S tidak
memperdulikannya. Ketika memeriksakan diri ke dokter Ny. S dianjurkan untuk tes
darah dan rongent kaki. Hasil rongent menunjukkan bahwa Ny. S
menderita osteoporosis diperkuat lagi dengan hasil BMD T-score -3. Klien
mengalami menopause sejak 6 tahun yang lalu. Menurut klien dirinya tidak suka minum susu
sejak usia muda dan tidak menyukai makanan laut. Klien beranggapan bahwa
keluhan yang dirasakannya karena usianya yang bertambah tua. Riwayat kesehatan
sebelumnya diketahui bahwa klien tidak pernah mengalami penyakit seperti DM dan
hipertensi dan tidak pernah dirawat di RS. Pola aktifitas diketahui klien
banyak beraktifitas duduk karena dulu dirinya bekerja sebagai staf administrasi
dan tidak suka olahraga karena tidak sempat. Riwayat penggunaan KB hormonal
dengan metode pil. Pemeriksaan TB 165 cm, BB 76 kg (BB sebelumnya 78 kg).
B. Pengkajian
1.
Data demografi
Nama : Ny. S
Umur : 58 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
2.
Riwayat
Penyakit Sekarang
Ny. S umur 58 tahun datang dengan keluhan ngilu pada sendi yang
seringdirasakannya sejak 3 bulan yang lalu, rasa ngilu itu sudah dirasakan
sejak beberapa tahun yang lalu, namun Ny. S tidak memperdulikannya.
3.
Pemeriksaan Fisik
a.
Inspeksi
Klien terlihat bungkuk (kifosis), penurunan berat
badan, perubahan gaya berjalan.
b.
Palpasi
Klien merasakan nyeri saat dilakukan palpasi pada
area punggung.
4.
Riwayat
Psikososial
Klien cemas
untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang berat.
5.
Hasil pemeriksaan
laboratorium
BMD T-score
-3
C. Analisa
Data
Data Subjektif
|
Data Objektif
|
Masalah keperawatan
|
1.Klien mengatakan ngilu di
bagian sendi sejak beberapa tahun lalu, namun Ny. S tidak mempedulikannya.
Sejak kurang lebih tiga bulan yang lalu, ngilu di tubuhnya tak kunjung hilang
2.Klien mengatakan banyak beraktifitas duduk karena dulu dirinya bekerja
sebagai staf administrasi dan
3.Klien mengatakan tidak suka olahraga karena tidak sempat.
4.Klien mengatakan terasa sakit pada sendi ketika berjalan
5.Klien mengatakan aktivitas sehari-hari terhambat
6.Skala nyeri 7
|
1. Klien mengalami menopause
sejak 6 tahun yang lalu.
2. Riwayat penggunaan KB
hormonal dengan metode pil.
3. Wajah klien terlihat
meringis.
4. Sering
terlihat memegang area yang sakit
|
Nyeri
|
1.Klien mengatakan ngilu di
bagian sendi sejak beberapa tahun lalu, namun Ny. S tidak mempedulikannya.
Sejak kurang lebih tiga bulan yang lalu, ngilu di tubuhnya tak kunjung hilang.
2.Klien mengatakan banyak beraktifitas duduk karena
dulu dirinya bekerja sebagai staf administrasi dan tidak suka olahraga karena
tidak sempat.
3.Klien mengatakan terasa sakit pada sendi ketika berjalan.
4.Klien mengatakan aktivitas sehari-hari terhambat
|
1. Ny. S umur 58 tahun
2. Hasil rongent menunjukkan bahwa Ny. S menderita osteoporosis.
3. Hasil BMD T-score -3.
4. Hasil darah lengkap dalam.
5. Pemeriksaan TB 165 cm, BB 76 kg.
6. Kifosis
|
Mobilitas fisik
|
1.Klien mengatakan merasakan ngilu saat beraktivitas yang
berat.
|
1.
Klien terlihat sangat berhati-hati berjalan.
2.
Klien terlihat kifosis ( bungkuk)
3.
Hasil rongent menunjukkan bahwa Ny. S menderita
osteoporosis
4.
Hasil BMD T-score -3.
|
Resiko cedera
|
1.Klien mengatakan ngilu di
bagian sendi sejak beberapa tahun lalu, namun Ny. S tidak mempedulikannya.
Sejak kurang lebih tiga bulan yang lalu, ngilu di tubuhnya tak kunjung hilang
2.Klien mengatakan dirinya
tidak suka minum susu sejak usia muda dan tidak menyukai makanan laut.
3.Klien beranggapan bahwa
keluhan yang dirasakannya karena usianya yang bertambah tua.
4.Klien mengatakan banyak beraktifitas duduk karena
dulu dirinya bekerja sebagai staf administrasi dan tidak suka olahraga karena
tidak sempat.
|
1. Ny. S umur 58 tahun
2. Riwayat kesehatan sebelumnya
diketahui bahwa klien tidak pernah mengalami penyakit seperti DM dan
hipertensi dan tidak pernah dirawat di RS.
3.
Riwayat penggunaan KB hormonal dengan metode pil.
4.
Pendidikan Terakhir
Klien SMA
|
Kurang pengetahuan
|
D. WOC
( Web Of Caution )
E. Intervensi
Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
|
Etiologi
|
Intervensi Keperawatan
|
Rasionalisasi
|
Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur, spasme otot, deformitas tulang
|
Penurunan massa
tulang / osteoporosis
Fraktur vertebra
Deformitas
Vertebra
Teregangnya
ligamentum dan otot/ spasme otot
Nyeri
|
4. Pantau tingkat nyeri pada punggung, nyeri terlokalisasi
atau menyebar pada abdomen atau pinggang.
5. Ajarkan pada klien tentang alternative lain untuk
mengatasi dan mengurangi rasa nyerinya.
6. Kaji obat-obatan untuk mengatasi nyeri.
5. Rencanakan pada klien tentang periode istirahat adekuat
dengan berbaring dalam posisi telentang selama kurang lebih 15 menit
|
5. tulang dalam peningkatan jumlah trabekular, pembatasan gerak
spinal.
6. Alternatif lain untuk mengatasi nyeri, pengaturan posisi,
kompres hangat dan sebagainya.
7. Keyakinan klien tidak dapat menoleransi obat yang adekuat atau
tidak adekuat untuk mengatasi nyerinya.
8. Kelelahan dan keletihan dapat menurunkan minat untuk aktivitas
sehari-hari.
|
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis), nyeri
sekunder atau fraktur baru.
|
Penurunan massa
tulang / osteoporosis
Fraktur vertebra
Deformitas
Vertebra
Bungkuk
Hambatan mobilitas fisik
|
2. Kaji tingkat kemampuan klien yang masih ada.
3. Rencanakan tentang pemberian program latihan:
·
Bantu klien jika diperlukan
latihan
·
Ajarkan klien
tentang aktivitas hidup sehari hari yang dapat dikerjakan
·
Ajarkan pentingnya
latihan.
5. Bantu kebutuhan untuk beradaptasi dan melakukan aktivitas
hidup sehari hari, rencana okupasi .
6. Peningkatan latihan fisik secara adekuat:
·
dorong latihan dan
hindari tekanan pada tulang seperti berjalan
·
instruksikan klien
untuk latihan selama kurang lebih 30menit dan selingi dengan istirahat dengan
berbaring selama 15 menit
·
hindari latihan
fleksi, membungkuk tiba– tiba,dan penangkatan beban berat
|
1.
Dasar untuk
memberikan alternative dan latihan gerak yang sesuai dengan kemapuannya.
2.
Latihan akan
meningkatkan pergerakan otot dan stimulasi sirkulasi darah
·
Aktifitas hidup
sehari-hari secara mandiri
·
Dengan latihan fisik:
·
Masa otot lebih
besar sehingga memberikan perlindungan pada osteoporosis
·
Program latihan
merangsang pembentukan tulang
·
Gerakan menimbulkan
kompresi vertical dan fraktur vertebra.
|
Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan
skeletal dan ketidakseimbangan tubuh.
|
Penurunan massa
tulang/osteoporosis
Resiko cedera
|
2. Ciptakan lingkungan yang bebas dari bahaya:
·
Tempatkan klien pada
tempat tidur rendah.
·
Amati lantai yang
membahayakan klien.
·
Berikan penerangan
yang cukup
·
Tempatkan klien pada
ruangan yang tertutup dan mudah untuk diobservasi.
·
Ajarkan klien
tentang pentingnya menggunakan alat pengaman di ruangan.
3. Berikan dukungan ambulasi sesuai dengan kebutuhan:
·
Kaji kebutuhan untuk
berjalan.
·
Konsultasi dengan
ahli therapist.
·
Ajarkan klien untuk
meminta bantuan bila diperlukan.
·
Ajarkan klien untuk
berjalan dan keluar ruangan.
5. Bantu klien untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari
secara hati-hati.
6. Ajarkan pada klien untuk berhenti secara perlahan, tidak
naik tanggga, dan mengangkat beban berat.
8. Ajarkan pentingnya diet untuk mencegah osteoporosis:
·
Rujuk klien pada
ahli gizi
·
Ajarkan diet yang
mengandung banyak kalsium
·
Ajarkan klien untuk
mengurangi atau berhenti menggunakan rokok atau kopi
9. Ajarkan tentang efek rokok terhadap pemulihan tulang
10. Observasi efek samping obat-obatan yang digunakan
|
2. Menciptakan lingkungan yang aman dan mengurangi risiko
terjadinya kecelakaan.
3. Ambulasi yang dilakukan tergesa-gesa dapat menyebabkan
mudah jatuh.
6. Penarikan yang terlalu keras akan menyebabkan terjadinya fraktur.
7. Pergerakan yang cepat akan lebih memudahkan terjadinya
fraktur kompresi vertebra pada klien osteoporosis.
8. Diet kalsium dibutuhkan untuk mempertahankan kalsium
serum, mencegah bertambahnya kehilangan tulang. Kelebihan kafein akan
meningkatkan kalsium dalam urine. Alcohol akan meningkatkan asidosis yang
meningkatkan resorpsi tulang
8. Rokok dapat meningkatkan terjadinya asidosis.
9. Obat-obatan seperti diuretic, fenotiazin dapat
menyebabkan pusing, megantuk, dan lemah yang merupakan predisposisi klien untuk
jatuh.
|
Kurang
pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang berhubungan
dengan kurang informasi, salah persepsi ditandai dengan klien mengatakan
kurang ,mengerti tentang penyakitnya, klien tampak gelisah
|
Postmenopause, usia lanjut
Penurunan hormon inhibitor
osteoclast (estrogen, kalsitonin)
Penigkatan osteoclast
Penurunan massa
tulang/osteoporosis
Kurang pengetahuan
|
4. Kaji ulang proses penyakit dan harapan
yang akan datang
4. Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis
5. Berikan pendidikan kepada klien mengenai
efek samping penggunaan obat
|
2. Memberikan dasar pengetahuan dimana klien dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi.
5. Informasi yang diberikan akan membuat klien lebih
memahami tentang penyakitnya
6. Suplemen kalsium ssering mengakibatkan nyeri lambung
dan distensi abdomen maka klien sebaiknya mengkonsumsi kalsium bersama
makanan untuk mengurangi terjadinya efek samping tersebut dan memperhatikan
asupan cairan yang memadai untuk menurunkan resiko pembentukan batu ginjal
|
F. Healt
Education
1. Anjurkan
pasien untuk melakukan aktivitas fisik yang teratur untuk memelihara kekuatan,
kelenturan, dan koordinasi sistem neuromuskular serta kebugaran, sehingga dapat
mencegah risiko terjatuh. Berbagai latihan yang dapat dilakukan meliputi
berjalan 30 – 60 menit/hari.
2. Anjurkan
pasien untuk menjaga asupan kalsium 1000 – 1500 mg/hari, baik melalui makanan
sehari-hari maupun suplementasi.
3. Hindari
mengangkat barang-barang yang berat pada pasien yang sudah pasti osteoporosis.
4. Hindari
berbagai hal yang dapat menyebabkan pasien terjatuh, misalnya lantai yang
licin, obat-obatan sedatif, dan obat anti hipertensi yang dapat menyebabkan
hipotensi orthostatik.
5. Hindari
defisiensi vitamin D, terutama pada pasien yang kurang terpajan sinar matahari
atau pasien dengan fotosensitifitas, misalnya SLE. Jika diduga ada defisiensi
vitamin D, maka kadar 25(OH)D serum harus diperiksa. Bila 25(OH)D serum
menurun, maka suplementasi vitamin D 400 IU/hari atau 800 IU/hari pada orangtua
harus diberikan. Pada pasien dengan gagal ginjal, suplementasi 1,25(OH)2D
harus dipertimbangkan.
6. Hindari
peningkatan ekskresi kalsium lewat ginjal dengan membatasi asupan nutrisi
sampai 3gram/hari untuk meningkatkan reabsorpsi kalsium di tubulus ginjal. Bila
ekskresi kalsium urin > 300mg/hari, berikan diuretik tiazid dosis rendah
(HCT 25 mg/hari).
7. Pada
pasien yang memerlukan glukokortikoid dosis tinggi dan jangka panjang, usahakan
pemberian glukokortikoid pada dosis serendah mungkin dan sesingkat mungkin.
8. Pada
pasien arthritis reumatiod dan arthritis inflamasi lainnya, sangat penting
mengatasi aktivitas penyakitnya, karena hal ini akan mengurangi nyeri dan
penurunan densitas massa tulang akibat arthritis inflamasi yang aktif.
9. Informasikan
pemberian terapi estrogen. Pemberian estrogen oral, transdermal atau implan
kesemuanya dapat meningkatkan densitas tulang secara bermakna dan secara
epidemiologik dibuktikan bahwa terapi ini menurunkan angka kejadian patah
tulang oleh karena osteoporosis pada panggul dan tulang punggung.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Osteoporosis
adalah penyakit tulamg sisitemik yang ditandai oleh penurunan mikroarsitektur
tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu :
1. Osteoporosis
Primer
Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada
tulang, yang menyebabkan peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula
sehingga meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles. Pada usia decade awal
pasca menopause, wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan perbandingan
68:1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.
2. Osteoporosis
Sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau
sebab lain diluar tulang
B. Saran
Untuk
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka penulis memberikan saran-saran
sebagai berikut :
1.
Pada pengkajian perawat perlu melakukan
pengkajian dengan teliti melihat kondisi klien serta senantiasa mengembangkan
teknik terapeutik dalam berkomunikasi dengan klien.
2.
Agar dapat memberikan asuhan keperawatan
yang berkualitas meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap
profesional dalam menetapkan diagnosa keperawatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Tandra, H, 2009. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui
Tentang Osteoporosis Mengenal, Mengatasi dan Mencegah Tulang Keropos.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Lukman & Nurna Ningsih.2009. Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskolokeletal. Jakarta :
Salemba Medika.
Sudoyo, Aru dkk. 2009. Buku Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid 3 Edisi 5. Jakarta : Internal Publishing.
Lippincott dkk. 2011. Nursing
Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta : PT Indeks.
Junaidi,
I, 2007. Osteoporosis - Seri Kesehatan Populer. Cetakan Kedua, Penerbit
PT Bhuana Ilmu Populer.
Suryati, A, Nuraini, S. 2006. Faktor Spesifik Penyebab Penyakit
Osteoporosis Pada Sekelompok Osteoporosis Di RSIJ, 2005. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol.2,
No.2, Juli 2006:107-126.
Hinchliff, S.1999. Kamus
Keperawatan. Jakarta : EGC
GLOSARIUM
1. Osteoporosis
: penipisan tulang yang abnormal, mungkin idiopatik atau sekunder terhadap
penyakit lain.
2. Osteopenia
: pengurangan masa tulang akibat penurunan kecepatan sintesis osteoidsampai
tingkat insufisienuntuk mengkompensasikan lisis tulaang.
3. Osteoblast
: sel yang muncul dari fibroblast dan ketika dewasa berhubungan dengan produksi
tulang.
4. Osteoclast
: sel multinukleus besar yang berhubungan dengan absorpsi dan penghilangan
tulang.
5. Tulang
Vertebra : tulang belakang
6. Menopause
: berhentinya menstruasi
7. Genetik
: berhubungan dengan reproduksi atau kelahiran , diwariskan
8. Fraktur
: pecahnya atau rupture pada tulang
9. Imun
: bersifat resisten terhadap penyakit karena pembentukan antibody humoral atau
perkembangan imunitas selular
10. Urine
: cairan bewarna kekuningan yang diekskresikan dari dalam ginjal dengan
kecepatan sekitar 1500 ml/jam pada orang dewasa
11. Estrogen
: istilah generic untuk senyawa yang menghasilkan estrus, hormone seks wanita
12. Deformitas
vertebra thorakalis : penurunan tinggi badan
I am very much happy to share to every viewers that is reading this,I want to inform the whole public of how I got help for my herpes, I wanted this since 6 months ago, I have also taken treatment from some doctor,few weeks back I came on the net to see if I will be able to get any information as to cure my herpes, on my search I saw various testimony of people who was helped by a great man called Dr Akhigbe and without any hesitation, I contacted him, I wrote to him and and he guided me, I asked him for solutions and he started the remedies for me and indeed 3 weeks after I started using the medicine, I was completely happy as it worked for me.I went to the hospital for check up and indeed I was declared negative from my disease, and I also waited again for two weeks and went back to another hospital for check up to be fully sure and to my great surprise I was still declared negative, and I decided to share this great opportunity to those people out there fighting this sickness, You can contact him now for your medicine to cure your diseases, contact his Email; drrealakhigbe@gmail.com or Whatsapp +2349010754824 website. hpps:drrealakhigbe.weebly.comDr Akhigbe also cure diseases like..
ReplyDeleteHIV, Herpes , Cancer, Chronic Disease, Asthma , Parkinson's disease, External infection, Als, progeria, common cold, multiple sclerosis disease, Nausea, Vomiting or Diarrhea, Heart Disease, meningitis, Diabetes, Kidney Disease, Lupus, Epilepsy, Stroke,Eczema, Erysipelas Eating Disorder, Back Pain. etccontact him for your solution.