BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kejadian demam rematik / penyakit jantung
rematik rendah di Amerika Serikat dan negara-negara maju paling lainnya. Namun,
terus menjadi penyebab utama kematian kardiovaskular selama lima dekade pertama
kehidupan di negara berkembang.
Insidensi dan prevalensi
penyakit jantung rematik pada 8 Rumah Sakit pendidikan Indonesia tahun 1983-1985: kasus demam rematik dan jantung rematik rata-rata 3,44% dari seluruh jumlah penderita
yang dirawat. WHO
memperkirakan demam rematik dan jantung rematik 25-40% dari semua penderita penyakit
jantung yang dirawat di negara
berkembang. Sedangkan menurut data RSUP dr. Sardjito tahun 1993: penyakit jantung
rematik 8,3% dari seluruh kelainan jantung.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DEFENISI
Penyakit jantung rematik (PJR) atau
dalam bahasa medisnya rheumatic heart disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana
terjadi kerusakan pada katup jantung yang bisa berupa penyempitan atau
kebocoran, terutama katup mitral sebagai akibat adanya gejala sisa dari demam
rematik.
Demam
rematik merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat bersifat akut, subakut,
kronik, atau fulminan, dan dapat terjadi setelah infeksi Streptococcus beta
hemolyticus group A pada saluran pernafasan bagian atas. Demam reumatik akut ditandai
oleh demam berkepanjangan, jantung berdebar keras, kadang cepat lelah. Puncak
insiden demam rematik terdapat pada kelompok usia 5-15 tahun, penyakit ini
jarang dijumpai pada anak dibawah usia 4 tahun dan penduduk di atas 50 tahun.
Rheumatic fever adalah suatu penyakit
inflamasi akut yang diakibatkan oleh infeksi streptococcus β hemolytic group A
pada tenggorokan (faringitis), tetapi tanpa disertai infeksi lain atau tidak
ada infeksi streptococcus di tempat lain seperti di kulit. Karakteristik rheumatic
fever cenderung berulang (recurrence) (Udjianti, 2010).
Rheumatic fever terdiri atas beberapa
manifestasi klinis 1) arthritis (paling sering) 2) carditis (paling serius) 3)
chorea (paling jarang dan tidak berkaitan) 4) subcutaneous nodule 5) erythema marginatum
(Udjianti, 2010).
Seseorang
yang mengalami demam rematik apabila tidak ditangani secara adekuat, Maka
sangat mungkin sekali mengalami serangan penyakit jantung rematik. Infeksi oleh
kuman Streptococcus Beta Hemolyticus group A yang menyebabkan seseorang
mengalami demam rematik dimana diawali terjadinya peradangan pada saluran
tenggorokan, dikarenakan penatalaksanaan dan pengobatannya yang kurang terarah
menyebabkan racun/toxin dari kuman ini menyebar melalui sirkulasi darah dan
mengakibatkan peradangan katup jantung. Akibatnya daun-daun katup mengalami
perlengketan sehingga menyempit, atau menebal dan mengkerut sehingga kalau
menutup tidak sempurna lagi dan terjadi kebocoran.
B.
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya penyakit jantung
reumatik diperkirakan adalah reaksi autoimun (kekebalan tubuh) yang disebabkan
oleh demam reumatik. Infeksi streptococcus β hemolitikus grup
A pada tenggorok selalu mendahului terjadinya demam reumatik baik demam
reumatik serangan pertama maupun demam reumatik serangan ulang.
Infeksi Streptococcus beta-hemolyticus
grup A pada tenggorok selalu mendahului terjadinya demam rematik, baik pada
serangan pertama maupun serangan ulang.
Telah diketahui bahwa dalam hal terjadi demam rematik terdapat beberapa predisposisi antara lain :
Telah diketahui bahwa dalam hal terjadi demam rematik terdapat beberapa predisposisi antara lain :
a. Terdapat
riwayat demam rematik dalam keluarga
b. Umur
Demam rematik sering terjadi antara umur 5 – 15 tahun dan jarang pada umur kurang dari 2 tahun.
Demam rematik sering terjadi antara umur 5 – 15 tahun dan jarang pada umur kurang dari 2 tahun.
c. Kedaan sosial
Sering terjadi pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi
kurang, perumahan buruk dengan penghuni yang padat serta udara yang lembab, dan
gizi serta kesehatan yang kurang baik.
d. Musim
Di Negara-negara dengan 4 musim, terdapat insiden yang tinggi pada akhir musim dingin dan permulaan semi (Maret-Mei) sedangkan insiden paling rendah pada bulan Agustus – September.
Di Negara-negara dengan 4 musim, terdapat insiden yang tinggi pada akhir musim dingin dan permulaan semi (Maret-Mei) sedangkan insiden paling rendah pada bulan Agustus – September.
e. Distribusi daerah
f. Serangan
demam rematik sebelumnya.
Serangan ulang demam
rematik sesudah adanya reinfeksi dengan Streptococcus beta-hemolyticus grup A
adalah sering pada anak yang sebelumnya pernah mendapat demam rematik.
C.
PATOFISIOLOGI
Menurut hipotesa Kaplan dkk (1960) dan
Zabriskie (1966), demam rematik terjadi karena terdapatnya proses autoimun atau
antigenic similarity antara jaringan tubuh manusia dan antigen somatic
streptococcus. Apabila tubuh terinfeksi oleh Streptococcus beta-hemolyticus
grup A maka terhadap antigen asing ini segera terbentuk reaksi imunologik yaitu
antibody. Karena sifat antigen ini sama maka antibody tersebut akan menyerang
juga komponen jaringan tubuh dalam hal ini sarcolemma myocardial dengan akibat
terdapatnya antibody terhadap jaringan jantung dalam serum penderia demam rematik dan jaringan myocard yang rusak.
Salah satu toxin yang mungkin berperanan dalam kejadian demam
rematik ialah stretolysin titer 0, suatu produk
extraseluler Streptococcus beta-hemolyticus grup A yang dikenal bersifat toxik
terhadap jaringan myocard. Beberapa di antara berbagai antigen somatic
streptococcal menetap untuk waktu singkat dan yang lain lagi untuk waktu yang
cukup lama. Serum imunologlobulin akan meningkat pada penderita sesudah
mendapat radang streptococcal terutama Ig G dan A.
D.
MANIFESTASI
KLINIS
Penderita umumnya mengalami sesak
nafas yang disebabkan jantungnya sudah mengalami gangguan, nyeri sendi yang
berpindah- pindah, bercak kemerahan di kulit yang berbatas, gerakan tangan yang
tak beraturan dan tak terkendali (korea), atau benjolan kecil-kecil dibawah
kulit. Selain itu tanda yang juga turut menyertainya adalah nyeri perut,
kehilangan berat badan, cepat lelah dan tentu saja demam.
Demam
reumatik merupakan kumpulan sejumlah gejala dan tanda klinik. Demam reumatik
merupakan penyakit pada banyak sistem, mengenai terutama jantung, sendi, otak
dan jaringan kulit. Tanda dan gejala akut demam reumatik bervariasi tergantung
organ yang terlibat dan derajat keterlibatannya. Biasanya gejala-gejala ini
berlangsung satu sampai enam minggu setelah infeksi oleh Streptococcus.
Gejala klinis pada penyakit jantung reumatik bisa berupa gejala kardiak
(jantung) dan non kardiak. Gejalanya antara lain:
·
Manifestasi kardiak
dari demam reumatik
- (infeksi dan peradangan jantung) adalah komplikasi paling serius dan kedua paling umum dari demam reumatik (sekitar 50 %). Pada kasus-kasus yang lebih lanjut, pasien dapat mengeluh sesak nafas, dada terasa tidak nyaman, nyeri dada, edema (bengkak), batuk atau ortopneu (sesak saat berbaring)
- Pada pemeriksaan fisik, karditis (peradangan pada jantung) umumnya dideteksi dengan ditemukannya bising jantung (gangguan bunyi jantung) atau takikardia (jantung berdetak > 100x/menit) diluar terjadinya demam
- Manifestasi kardiak lain adalah gagal jantung kongestif dan perikarditis (radang selaput jantung)
- Pasien dengan diagnosis demam reumatik akut harus dikontrol sesering mungkin karena progresifitas penyakitnya
·
Murmur (bising jantung)
baru atau perubahan bunyi murmur. Murmur yang didengar pada demam reumatik akut
biasanya disebabkan oleh insufisiensi katup (gangguan katup).
·
Gagal jantung kongestif
- Gagal jantung dapat terjadi sekunder akibat insufisiensi katup yang berat atau miokarditis (radang pada sel otot jantung)
·
Perikarditis
·
Gejala umum non kardiak
dan manifestasi lain dari demam rematik akut antara lain:
o
Poliartritis (peradangan
pada banyak sendi) adalah gejala umum dan merupakan manifestasi awal dari demam
reumatik (70 – 75 %). Umumnya artritis (radang sendi) dimulai pada sendi-sendi
besar di ekstremitas bawah (lutut dan engkel) lalu bermigrasi ke sendi-sendi
besar lain di ekstremitas atas atau bawah (siku dan pergelangan tangan). Sendi
yang terkena akan terasa sakit, bengkak, terasa hangat, eritem dan pergerakan
terbatas. Bengkak dan lunak pada persendian, nyeri yang berpindah-pindah.
Jaccoud’s arthritis (cronic post rheumatic fever arthropathy) yaitu deformitas
jari tangan dan kaki berupa ulnar deviasi, fleksi sendi metacarpofalangeal,
hiperekstensi sendi proksimal interfalangeal. Gejala artritis mencapai
puncaknya pada waktu 12 – 24 jam dan bertahan dalam waktu 2 – 6 hari (jarang
terjadi lebih dari 3 minggu) dan berespon sangat baik dengan pemberian aspirin.
Poliartritis lebih umum dijumpai pada remaja dan orang dewasa muda dibandingkan
pada anak-anak.
- Khorea Sydenham, khorea minor atau St. Vance, dance mengenai hampir 15% penderita demam reumatik. Manifestasi ini mencerminkan keterlibatan sistem syaraf sentral pada proses radang. Penderita dengan khorea ini datang dengan gerakan-gerakan yang tidak terkoordinasi dan tidak bertujuan dan emosi labil. Manifestasi ini lebih nyata bila penderita bangun dan dalam keadaan stres. Penderita tampak selalu gugup dan seringkali menyeringai. Bicaranya tertahan-tahan dan meledak-ledak. Koordinasi otot-otot halus sukar. Tulisan tangannya jelek dan ditandai oleh coretan ke atas yang tidak mantap dengan garis yang ragu-ragu. Pada saat puncak gejalanya tulisannya tidak dapat dibaca sama sekali.
- Erithema marginatum merupakan ruam yang khas untuk demam reumatik dan jarang ditemukan pada penyakit lain. Karena kekhasannya tanda ini dimasukkan dalam manifestasi minor. Kelainan ini berupa ruam tidak gatal, makuler dengan tepi erithema (kemerahan) yang menjalar dari bagian satu ke bagian lain mengelilingi kulit yang tampak normal, terjadi pada 5% penderita. Gangguan ini berdiameter 2,5 cm dan paling sering ditemukan pada batang tubuh dan tungkai bagian atas, tidak melibatkan muka. Erithema ini timbul sewaktu-waktu selama sakit, meskipun yang tersering adalah pada stadium awal, dan biasanya terjadi hanya pada penderita demam reumatik dengan karditis.
- Nodul subkutan. Frekuensi manifestasi ini menurun sejak beberapa dekade terakhir, dan kini hanya ditemukan pada penderita penyakit jantung reumatik khronik. Frekuensinya kurang dari 5%, namun pada penjangkitan di Utah nodulus subkutan ditemukan pada sampai 10% penderita. Nodulus (benjolan) ini biasanya terletak pada permukaan sendi, terutama ruas jari, lutut, dan persendian kaki. Kadang-kadangg nodulus ini ditemukan pada kulit kepala dan di atas tulang belakang. Ukurannya bervariasi dari 0,5 sampai dengan 2 cm serta tidak nyeri dan dapat digerakkan secara bebas; biasanya kecil dan menghilang lebih cepat. Kulit yang menutupi tidak pucat atau meradang. Nodulus ini muncul hanya sesudah beberapa minggu sakit dan kebanyakan hanya ditemukan pada penderita dengan karditis.
- Manifestasi lain dari demam reumatik antara lain nyeri perut, epistaksis (mimisan), demam dengan suhu di atas 39 °C dengan pola yang tidak karakteristik, pneumonia reumatik yang gejalanya mirip dengan pneumonia karena infeksi.
·
Tromboemboli (sumbatan
di pembuluh darah) bisa terjadi sebagai komplikasi dari stenosis mitral
(gangguan katup).
·
Anemia hemolitik
kardiak bisa terjadi akibat pecahnya sel darah merah karena bergesekan dengan
katup yang terinfeksi. Peningkatan penghancuran trombosit bisa juga terjadi.
·
Aritmia atrium
(gangguan irama jantung) biasanya terjadi karena pembesaran atrium kiri karena
gangguan pada katup mitral.
Manifestasi
Klinik menurut Jones (1982)
Mayor
|
Minor
|
1.
Carditis
|
1. Fever
|
2.
Poliarthritis
|
2. Arthralgia
|
3. Chorea
|
3. Pernah mengalami gagal ginjal
|
4.
Erythema marginatum
|
4. LED tinggi
|
5. Nodul
Subcutaneous
|
5. C-Reactive Protein/CRP (+)
|
6. Leukositosis
|
|
7. Interval PR memanjang
|
Diagnosis RHD menurut
Udjianti (2010) ditetapkan berdasarkan didapatkannya hal-hal sebagai berikut:
1.
2 manifestasi mayor
2.
1 manifestasi mayor dan
2 manifestasi minor
E.
PENCEGAHAN
Jika kita lihat diatas bahwa
penyakit jantung rematik sangat mungkin terjadi dengan adanya kejadian awal
yaitu demam rematik (DR). Pencegahan yang terbaik adalah bagaimana upaya kita
jangan sampai mengalami demam rematik (DR) (terserang infeksi kuman
Streptococcus beta hemolyticus).
Ada beberapa faktor yang dapat
mendukung seseorang terserang kuman tersebut, diantaranya faktor lingkungan
seperti kondisi kehidupan yang jelek, kondisi tinggal yang berdesakan dan akses
kesehatan yang kurang merupakan determinan yang signifikan dalam distribusi
penyakit ini. Variasi cuaca juga mempunyai peran yang besar dalam terjadinya
infeksi streptokokkus untuk terjadi DR.
Seseorang yang terinfeksi kuman
Streptococcus beta hemolyticus dan mengalami demam rematik, harus diberikan
therapy yang maksimal dengan antibiotiknya. Hal ini untuk menghindarkan
kemungkinan serangan kedua kalinya atau bahkan menyebabkan Penyakit Jantung
Rematik.
F.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
demam reumatik aktif atau reaktivasi kembali diantaranya adalah :
1.
Tirah baring dan
mobilisasi (kembali keaktivitas normal) secara bertahap
2.
Pemberantasan terhadap
kuman streptokokkus dengan pemberian antibiotic penisilin atau eritromisin.
Untuk profilaksis atau pencegahan dapat diberikan antibiotic penisilin benzatin
atau sulfadiazine
3.
Antiinflamasi
(antiperadangan). Antiperadangan seperti salisilat dapat dipakai pada demam
reumatik tanpa karditis (peradangan pada jantung)
Karena
demam rematik berhubungan erat dengan radang Streptococcus beta-hemolyticus
grup A, maka pemberantasan dan pencegahan ditujukan pada radang tersebut. Ini
dapat berupa :
a. Eradikasi
kuman Streptococcus beta-hemolyticus grup A
Pengobatan adekuat
harus dimulai secepatnya pada DR dan dilanjutkan dengan pencegahan.
Erythromycin diberikan kepada mereka yang alergi terhadap penicillin.
b. Obat
anti rematik
Baik cortocisteroid
maupun salisilat diketahui sebagai obat yang berguna untuk
mengurangi/menghilangkan gejala-gejala radang akut pada DR
c. Diet
Makanan yang cukup kalori, protein dan vitamin.
Makanan yang cukup kalori, protein dan vitamin.
d. Istirahat
Istirahat dianjurkan sampai tanda-tanda inflamasi hilang dan bentuk jantung mengecil pada kasus-kasus kardiomegali. Biasanya 7-14 hari pada kasus DR minus carditis. Pada kasus plus carditis, lama istirahat rata-rata 3 minggu – 3 bulan tergantung pada berat ringannya kelainan yang ada serta kemajuan perjalanan penyakit.
Istirahat dianjurkan sampai tanda-tanda inflamasi hilang dan bentuk jantung mengecil pada kasus-kasus kardiomegali. Biasanya 7-14 hari pada kasus DR minus carditis. Pada kasus plus carditis, lama istirahat rata-rata 3 minggu – 3 bulan tergantung pada berat ringannya kelainan yang ada serta kemajuan perjalanan penyakit.
e. Obat-obat
Lain
Diberikan sesuai dengan
kebutuhan. Pada kasus dengan dekompensasi kordis diberikan digitalis, diuretika
dan sedative. Bila ada chorea diberikan largactil dan lain-lain.
G.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK/PENUNJANG
a. Pemeriksaan
darah
·
LED tinggi sekali
·
Lekositosis
·
Nilai hemoglobin dapat
rendah
b. Pemeriksaan
bakteriologi
·
Biakan hapus tenggorokan untuk membuktikan
adanya streptococcus.
·
Pemeriksaan serologi.
Diukur titer ASTO, astistreptokinase, anti hyaluronidase.
c.
Pemeriksaan radiologi
· Elektrokardoigrafi
dan ekokardiografi untuk menilai adanya kelainan jantung.
H.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering
terjadi pada Penyakit Jantung Reumatik (PJR) diantaranya adalah gagal jantung,
pankarditis (infeksi dan peradangan di seluruh bagian jantung), pneumonitis
reumatik (infeksi paru), emboli atau sumbatan pada paru, kelainan katup
jantung, dan infark (kematian sel jantung).
a.
Dekompensasi Cordis
Peristiwa dekompensasi cordis pada bayi
dan anak menggambarkan terdapatnya sindroma klinik akibat myocardium tidak
mampu memenuhi keperluan metabolic termasuk pertumbuhan. Keadaan ini timbul
karena kerja otot jantung yang berlebihan, biasanya karena kelainan struktur
jantung, kelainan otot jantung sendiri seperti proses inflamasi atau gabungan
kedua faktor tersebut.
Pada umumnya payah jantung pada anak
diobati secara klasik yaitu dengan digitalis dan obat-obat diuretika. Tujuan
pengobatan ialah menghilangkan gejala (simptomatik) dan yang paling penting
mengobati penyakit primer.
b. Pericarditis
Peradangan pada pericard visceralis dan parietalis yang bervariasi dari reaksi radang yang ringan sampai tertimbunnnya cairan dalam cavum pericard.
Peradangan pada pericard visceralis dan parietalis yang bervariasi dari reaksi radang yang ringan sampai tertimbunnnya cairan dalam cavum pericard.
REFERENSI
Udjianti, Wajan
Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler.
Jakarta: Salemba Medika
terimakasih banyak untuk informasinya... sangat membantu,
ReplyDelete