Sunday 15 April 2012

Asuhan Keperawatan Anak : Demam Rematik


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Demam rematik atau demam rematik akut adalah penyakit inflamasi yang mengenai jantung, sendi, sistem saraf pusat, dan jaringan subkutan. Akibat paling signifikan dari demam rematik adalah penyakit jantung rematik (PJR) (Wong, dkk,  2008).
Saat ini diperkirakan insiden demam reumatik di Amerika Serikat adalah 0,6 per 100.000 penduduk pada kelompok usia 5 sampai 19 tahun. Insidens yang hampir sama dilaporkan di negara Eropa Barat. Angka tersebut menggambarkan penurunan tajam apabila dibandingkan angka yang dilaporkan pada awal abad ini, yaitu 100-200 per 100.000 penduduk.
Sebaliknya insidens demam reumatik masih tinggi di negara berkembang. Data dari negara berkembang menunjukkan bahwa prevalensi demam reumatik masih amat tinggi sedang mortalitas penyakit jantung reumatik sekurangnya 10 kali lebih tinggi daripada di negara maju. Di Srilangka insidens demam reumatik pada tahun 1976 dilaporkan lebih kurang 100-150 kasus per 100.000 penduduk. Di India, prevalensi demam reumatik dan penyakit jantung reumatik pada tahun 1980 diperkirakan antara 6-11 per 1000 anak. Di Yemen, masalah demam reumatik dan penyakit jantung reumatik sangat besar dan merupakan penyakit kardiovaskular pertama yang menyerang anak-anak dan menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Di Yogyakarta pasien dengan demam reumatik dan penyakit jantung reumatik yang diobati di Unit Penyakit Anak dalam periode 1980-1989 sekitar 25-35 per tahun, sedangkan di Unit Penyakit Anak RS. Cipto Mangunkusumo tercatat rata-rata 60-80 kasus baru per tahun.
Insidens penyakit ini di negara maju telah menurun dengan tajam selama 6 dekade terakhir, meskipun begitu dalam 10 tahun terakhir ini telah terjadi peningkatan kasus demam reumatik yang mencolok di beberapa negara bagian Amerika Serikat. Hal tersebut mengingatkan kita bahwa demam reumatik belum seluruhnya dapat ditangani, dan selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan masalah kesehatan masyarakat baik di negara berkembang maupun negara maju.

B.     Rumusan masalah

1.      Apakah Defenisi demam rematik?
2.      Bagaimana Etiologi demam rematik?
3.      Bagaimana Patofisiologi demam rematik?
4.      Bagaimana manifestasi klinis demam rematik?
5.      Apa kriteria diagnostik yang menunjukkan terjadinya demam rematik?
6.      Apa Komplikasi demam rematik?
7.      Bagaimana Pencegahan demam rematik?
8.      Bagiamana Pengobatan pada klien dengan demam rematik?
9.      Bagaimana asuhan keperawatan untuk klien dengan demam rematik?

C.     Tujuan penulisan

1.      Untuk mengetahui defenisi demam rematik
2.      Untuk mengetahui etiologi dari demam rematik
3.      Untuk mengetahui patofisiologi demam rematik
4.      untuk mengidentifikasi manifestasi klinis dari demam rematik
5.      Untuk mengetahui kriteria diagnostik demam rematik
6.      Untuk mengetahui komplikasi demam rematik
7.      Untuk mengetahui pencegahan demam rematik
8.      Untuk mengetahui pengobatan demam rematik
9.      Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan demam rematik

BAB II

ISI

A.    Definisi

Demam rematik atau demam rematik akut, adalah penyakit inflamasi autoimun yang mengenai jantung, sendi, sistem saraf pusat, dan jaringan subkutan, tulang. Akibat paling signifikan dari demam rematik adalah penyakit jantung rematik (PJR) (Wong, dkk, 2008; Suriadi & Yulianni, 2006).

B.     Etiologi

Secara pasti etiologi dari demam rematik ini belum diketahui. Namun Streptococcus B-hemolitik grup A diyakini sebagai agen pencetus yang menyebabkan terjadinya demam rematik akut (Behrman, Kliegman & Arvin, 1999; Suriadi & Yulianni, 2006).
Faktor predisposisi:
-          Herediter: dikatakan bahwa kembar monozigot beresiko lebih besar mengalami demam rematik dibandingkan dengan yang heterozigot
-          Umur: lebih sering terjadi di rentang usia 5-15 tahun
-          Keadaan sosial ekonomi rendah
-          Musim: terjadi di musim dingin dan permulaan musim semi
-          Serangan dahulu: penderita yang pernah diserang streptococcus memiliki peluang terkena demam rematik
(wahab, 2003)

C.    Manifestasi klinis

Manifestasi klinis mayor
-          Karditis: Karditis biasanya terjadi pada 3 minggu pertama dan terdapat pada 50% kasus. Diagnosis karditis memerlukan 1 dari 4 kriteria dibawah ini:
·         Bising jantung organik. Pemeriksaan ekokardiografi yang menunjukkan adanya AI atau MI saja tanpa adanya bising jantung organik tidak dapat disebut sebagai karditis.
·         Perikarditis( friction rib, efusi perikardium, nyeri dada, perubahan EKG)
·         Kardiomegali pada foto toraks
·         Gagal jantung kongestif (Madiyono, Rahayuningsih, & Sukardi, 2005).
-          Artritis
Merupakan manifestasi mayor yang paling sering tetapi paling tidak spesifik serta sering menyebabkan kessalahan dalam menegakkan diagnosis demam rematik. Gejala artritis adalah nyeri, bengkak, merah dan panas. Nyeri sendi kadang-kadang sangat parah sehingga gerakan sendi sangat terhambat dan tampak seperti pseudoparalisis. Artritis berbeda dengan artralgia, karena pada artralgia nyerinya ringan dan tidak disertai tanda-tanda bengkak maupun merah.
Pada umumnya artritis mengenai sendi-sendi besar, seperti lutut, pergelangan kaki, siku dan pergelangan tangan. Sendi-sendi kecil perifer jarang terkena. Yang khas artritis pada demam rematik adalah asimetri dan berpindah-pindah. Sebagian besar penderita artritis sembuh dalam 1 minggu dan biasanya tidak menetap lebih lama dari 2 atau 3 minggu. Artritis ini mempunyai respon yang lebih cepat dengan pemberian salisilat, bahkan pada dosis rendah.
-          Korea syidenham
Penderita dengan korea ini menunjukkan gerakan-gerakan yang tidak terkoordinasi pada wajah, lengan dan tungkai dan tidak bertujuan serta emosi yang labil (Suriadi & Yulianni, 2006). Manifestasi ini lebih nyata bila penderita bangun dan dalam keadaan tertekan. Tanpa pengobatan gejala-gejala korea ini menghilang dalam 1 sampai 2 minggu. Pada kasus yang berat meskipun dengan terapi gejala ini dapat menetap selama 3 sampai 4 minggu dan bahkan sampai 2 tahun, walaupun jarang terjadi.
-          Eritema marginatum
Merupakan ruam yang khas pada demam rematik, berupa ruam yang tidak gatal, makular dan tepi eritema yang menjalar dari bagian satu ke bagian lain mengelilingi kulit yang tampak normal, terjadi pada 5% kasus. Lesi ini berdiameter 2,5 cm dan paling sering ditemukan pada tubuh, tungkai proksimal dan tidak melibatkan muka. Pada penderita kulit hitam sukar ditemukan.
-          Nodul subkutan
Frekuensinya kurang dari 5%. Nodulus ini biasanya terletak pada permukaan ekstensor sendi, terutama ruas jari, lutut dan persendian kaki. Kadang-kadang nodulus ini ditemukan pada kulit kepala dan diatas kolumna vertebralis. Ukuran bervariasi dari 0,5 – 2 cm serta tidak nyeri dan dapat digerakkan secara bebas, biasanya lebih kecil dari nodulus artritis rhematoid dan menghilang lebih cepat. Kulit yang menutupi tidak pucat atau meradang. Nodulus ini kebanyakan hanya ditemukan pada penderita karditis.
Manifestasi klinis minor
-          Demam
-          Artralgia
Nyeri sendi tanpa disertai tanda-tanda objektif pada sendi. Artralgia biasanya mengenai sendi-sendi besar. Kadang-kadang nyerinya sangat berat sehingga tidak mampu bergerak (Madiyono, Rahayuningsih & Sukardi, 2005).
Stadium perjalanan klinis penyakit demam reumatik/penyakit jantung reumatik:
-          Stadium I
Stadium ini berupa infeksi saluran napas bagian atas oleh kuman beta-Streptococcus hemolyticus grup A. Keluhan biasanya berupa demam, batuk, rasa sakit waktu menelan, tidak jarang disertai muntah dan bahkan pada anak kecil dapat terjadi diare. Pada pemeriksaan fisik sering didapatkan eksudat di tonsil yang menyertai tanda-tanda peradangan lainnya. Kelenjar getah bening submandibular seringkali membesar. Infeksi ini biasanya berlangsung 2-4 hari dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.
Para peneliti mencatat 50-90% riwayat infeksi saluran napas bagian atas pada penderita demam reumatik/penyakit jantung reumatik, yang biasanya terjadi 10-14 hari sebelum manifestasi pertama demam reumatik/penyakit jantung reumatik.
-          Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi Streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik, biasanya periode ini berlangsung 1-3 minggu, kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian.
-          Stadium III
Merupakan fase akut demam reumatik, saat timbulnya berbagai manifestasi klinik demam reumatik/penyakit jantung reumatik. Manifestasi klinik tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan umum (gejala minor) dan manifestasi spesifik (gejala mayor) demam reumatik/penyakit jantung reumatik.
-          Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik tanpa kelainan jantung atau penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup tidak menunjukkan gejala apa-apa.
Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan katup jantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan. Pada fase ini baik penderita demam reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivasi penyakitnya.

D.     Komplikasi

Menurut Suriadi & Yulianni (2006), komplikasi dari demam rematik antara lain: Karditis, Penyakit jantung rematik, Gagal jantung.

E.      Pemeriksaan laboratorium

-          Uji untuk diagnosis infeksi streptococus
Bukti adanya faringitis akibat streptococus beta hemolyticus group A ( SGA ) sebelumnya, diperlukan untuk konfirmasi diagnosis demam rematik akut. Diagnosis infeksi selama masa akut biasanya dilakukan dengan biakan, tetapi pada 2/3 kasus biakan menunjukkan hasil yang negatif, sehingga analisis antibodi terhadap antigen streptococus dalam serum penderita merupakan metode yang lebih dapat dipercaya untuk mendapatkan bukti adanya infeksi sebelumnya. Uji yang paling sering digunakan adalah uji antistreptolisin O (ASTO) dan uji ini secara umum dipakai untuk uji antibodi terhadap sterptococus.
-          Reaksi fase akut
Uji yang sering digunakan adalah leukosit darah perifer, laju endap darah        ( LED) dan protein C reaktif ( CRP ). Ketiga uji ini merupakan indikator adanya radang nonspesifik jaringan. Uji ini abnormal selama fase akut demam rematik, juga abnormal pada beberapa infeksi bakteri dan penyakit kolagen.
-          Bukti adanya keterlibatan jantung
-          Gambaran radiologis
Berguna untuk menilai besar jantung. Tetapi gambaran radiologis normal tidak mengesampingkan adanya karditis. Pemeriksaan radiologis secara seri berguna untuk menentukan prognosis dan kemungkinan adanya perikarditis.
-          Gambaran elektrokardiografi: Hioertropi atrium kanan atau kiri (ataupun keduanya), interval PR memanjang (akan kembali normal dengan pemberian atropin), T rata atau T inversi, elevasi ST (Wahab, 2003).

F.    Pencegahan

-          Profilaksis primer
Merujuk pada pengobatan antibiotik infeksi streptococus pernapasan atas untuk mencegah serangan awal demam rematik. Diagnosis yang tepat dan terapi antibiotik yang cukup dengan pemberantasan streptococus grup A saluran pernapasan atas mengurangi resiko berkembangnya demam rematik sampai mendekati nol. Terapi antibiotik yang dimulai sampai sekitar 1 minggu sesudah mulai nyeri tenggorokan dapat mencegah demam rematik
-          Profilaksis sekunder
Merujuk pada pencegahan kolonisasi atau infeksi saluran pernapasan atas dengan streptococus beta hemolitikus grup A pada orang-orang yang telah menderita serangan akut demam rematik sebelumnya. Penderita yang mendapatantibiotik terus-menerus dan tidak mendearita infeksi streprococus grup A tidak menderita demam rematik kumat.
            (Behrman, Klieman, & Arvin, 1999 )

G.    Penatalaksanaan terapetik

-          Pemberian antibiotik
-          Mengobati gejala peradangan, gagal jantung dan chorea

H.       Studi kasus

Richard, teman Siti juga praktek di ruangan anak. Richard merawat  An. S dengan diagnosa medis penyakit  jantung. Didapat : demam rematik. Richard hanya mendapat informasi ringkas kasus dari rekam medis yaitu An.S dirawat dengan PJ rematik, stadium III, gejala mayor +, gejala minor +. Besok anak tersebut menjadi klien kelolaannya. Apakah info yang penting diketahui Richard dalam merawat An.S ?
Penatalaksanaan perawatan secara umum
Pengkajian
-          Riwayat penyakit
-          Monitor komplikasi jantung (CHF dan aritmia)
-          Auskultasi jantung; bunyi jantung melemah dengan irama derap diastole
-          TTV
-          Kaji adanya nyeri, peradangan sendi, dan lesi pada kulit
Diagnosa Keperawatan (umum)
  1. Hipertermia berhubungan dengan penyakit atau peradangan penyakit
  2. Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan karena anoreksia, metabolisme meningkat dan chorea
  3. Kelemahan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan
  4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kekambuhan kronik dari penyakit
(Luxner, 2005)
  1. Nyeri berhubungan dengan poliartritis
  2. Resiko injuri berhubungan dengan infeksi streptokokus
(Suriadi & Yulianni, 2006)
Dasar diagnosis demam rematik menurut Jones antara lain:
-          Highly probable (sangat mungkin): jika terdapat 2 mayor atau 1 mayor + 2 minor dan disertai bukti infeksi streptococcus B hemolitik grup A, ASTO meningkat dan kultur (+).
-          Doubtful diagnosis (meragukan): jika terdapat 2 mayor, atau 1 mayor + 2 minor dan tidak terdapat bukti infeksi streptococcus B hemolitik grup A, ASTO meningkat dan kultur (+).
-          Exception (perkecualian): Diagnosis demam rematik dapat ditegakkan apabila hanya ditemukan chorea saja atau karditis indolen saja.
(Madiyono, Rahayuningsih, & Sukardi, 2005)
Intervensi Keperawatan
  1. Hipertermia (peningkatan suhu tubuh) berhubungan dengan penyakit atau peradangan penyakit
Tujuan : Suhu tubuh normal (36 – 37’ C)
Intervensi
Rasional
a. Kaji saat timbulnya demam
b. Observasi tanda-tanda vital :                  suhu, nadi, TD, pernafasan setiap 3 jam

c. Berikan penjelasan tentang          penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh

d. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang hal-hal yang dilakukan

e. Jelaskan pentingnya tirah baring bagi klien dan akibatnya jika hal tersebut tidak dilakukan

f. Anjurkan klien untuk banyak minum kurang lebih 2,5 – 3 liter/hari dan jelaskan manfaatnya



g. Berikan kompres hangat dan anjurkan memakai pakaian tipis



h. Berikan antipiretik sesuai dengan instruksi

1) Dapat diidentifikasi pola/tingkat demam
2) Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadan umum
Klien
3) Penjelasan tentang kondisi yang dilami klien dapat membantu
mengurangi kecemasan klien dan keluarga

4) Untuk mengatasi demam dan menganjurkan klien dan keluarga untuk
lebih kooperatif

5) Keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan klien
di RS

6) Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan cairan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang
banyak

7) Kompres akan dapat membantu menurunkan suhu tubuh, pakaian tipis
akan dapat membantu meningkatkan penguapan panas tubuh

8) Antipiretika yang mempunyai reseptor di hypothalamus dapat
meregulasi suhu tubuh sehingga suhu tubuh diupayakan mendekati
suhu normal



  1. Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan karena anoreksia, metabolisme meningkat dan chorea
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, klien mampu menghabiskan makanan yang telah disediakan.
Intervensi
Rasional
1) Kaji faktor-faktor penyebab



2) Jelaskan pentingnya nutrisi yang cukup


3) Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil dan sering, jika tidak
muntah teruskan

4) Lakukan perawatan mulut yang baik setelah muntah

5) Ukur BB setiap hari


6) Catat jumlah porsi yang dihabiskan klien

1) Penentuan factor penyebab, akan menentukan intervensi/ tindakan Selanjutnya

2) Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga sehingga klien
termotivasi untuk mengkonsumsi makanan
3) Menghindari mual dan muntah dan distensi perut yang berlebihan


4) Bau yang tidak enak pada mulut meningkatkan kemungkinan muntah

5) BB merupakan indikator terpenuhi tidaknya kebutuhan nutrisi

6) Mengetahui jumlah asupan / pemenuhan nutrisi klien







BAB III

PENUTUP


A.    Kesimpulan

Demam rematik atau demam rematik akut, adalah penyakit inflamasi autoimun yang mengenai jantung, sendi, sistem saraf pusat, dan jaringan subkutan, tulang. Akibat paling signifikan dari demam rematik adalah penyakit jantung rematik (PJR) (Wong, dkk, 2008; Suriadi & Yulianni, 2006)
Secara pasti etiologi dari demam rematik ini belum diketahui, Faktor predisposisi yang berperan penting yaitu, Herediter: dikatakan bahwa kembar monozigot beresiko lebih besar mengalami demam rematik dibandingkan dengan yang heterozigot, Umur: lebih sering terjadi di rentang usia 5-15 tahun, Keadaan sosial ekonomi rendah, Musim: terjadi di musim dingin dan permulaan musim semi, Serangan dahulu: penderita yang pernah diserang streptococcus memiliki peluang terkena demam rematik(wahab, 2003).


DAFTAR PUSTAKA

Wahab, S. (2003). Penyakit jantung anak. (Ed 3). Jakarta: EGC
Luxner, K.L. (2005). Delmar’s pediatric nursing care plans. (3rd). Thomson: USA
Suriadi & Yulianni, R. (2006). Asuhan keperawatan pada anak. (Ed 2). Jakarta: Sagung Seto
Robbins & Kumar. (1995). Buku ajar patologi II. (Ed 4). Jakarta: EGC
Madiyono, B., Rahayuningsih, S.E., & Sukardi, R. (2005). Penanganan penyakit jantung pada bayi dan anak. Jakarta: FKUI
Behrman, Kliegman & Arvin. (1999). Ilmu kesehatan anak. (Ed 15). (vol 2). Jakarta: EGC

No comments:

Post a Comment