BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Demam rematik atau demam rematik akut adalah penyakit
inflamasi yang mengenai jantung, sendi, sistem saraf pusat, dan jaringan
subkutan. Akibat paling signifikan dari demam rematik adalah penyakit jantung
rematik (PJR) (Wong, dkk, 2008).
Saat ini diperkirakan insiden demam reumatik di Amerika
Serikat adalah 0,6 per 100.000 penduduk pada kelompok usia 5 sampai 19 tahun.
Insidens yang hampir sama dilaporkan di negara Eropa Barat. Angka tersebut
menggambarkan penurunan tajam apabila dibandingkan angka yang dilaporkan pada
awal abad ini, yaitu 100-200 per 100.000 penduduk.
Sebaliknya insidens demam reumatik masih tinggi di negara berkembang. Data
dari negara berkembang menunjukkan bahwa prevalensi demam reumatik masih amat
tinggi sedang mortalitas penyakit jantung reumatik sekurangnya 10 kali lebih
tinggi daripada di negara maju. Di Srilangka insidens demam reumatik pada tahun
1976 dilaporkan lebih kurang 100-150 kasus per 100.000 penduduk. Di India,
prevalensi demam reumatik dan penyakit jantung reumatik pada tahun 1980
diperkirakan antara 6-11 per 1000 anak. Di Yemen, masalah demam reumatik dan
penyakit jantung reumatik sangat besar dan merupakan penyakit kardiovaskular
pertama yang menyerang anak-anak dan menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang
tinggi. Di Yogyakarta pasien dengan demam reumatik dan penyakit jantung
reumatik yang diobati di Unit Penyakit Anak dalam periode 1980-1989 sekitar
25-35 per tahun, sedangkan di Unit Penyakit Anak RS. Cipto Mangunkusumo
tercatat rata-rata 60-80 kasus baru per tahun.
Insidens penyakit ini di negara maju telah menurun dengan tajam selama 6
dekade terakhir, meskipun begitu dalam 10 tahun terakhir ini telah terjadi
peningkatan kasus demam reumatik yang mencolok di beberapa negara bagian
Amerika Serikat. Hal tersebut mengingatkan kita bahwa demam reumatik belum
seluruhnya dapat ditangani, dan selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan
masalah kesehatan masyarakat baik di negara berkembang maupun negara maju.
B. Rumusan masalah
1.
Apakah Defenisi demam rematik?
2.
Bagaimana Etiologi demam rematik?
3.
Bagaimana Patofisiologi demam rematik?
4.
Bagaimana manifestasi klinis demam rematik?
5.
Apa kriteria diagnostik yang menunjukkan terjadinya demam
rematik?
6.
Apa Komplikasi demam rematik?
7.
Bagaimana Pencegahan demam rematik?
8.
Bagiamana Pengobatan pada klien dengan demam rematik?
9.
Bagaimana asuhan keperawatan untuk klien dengan demam rematik?
C. Tujuan penulisan
1.
Untuk mengetahui defenisi demam rematik
2.
Untuk mengetahui etiologi dari demam rematik
3.
Untuk mengetahui patofisiologi demam rematik
4.
untuk mengidentifikasi manifestasi klinis dari demam rematik
5.
Untuk mengetahui kriteria diagnostik demam rematik
6.
Untuk mengetahui komplikasi demam rematik
7.
Untuk mengetahui pencegahan demam rematik
8.
Untuk mengetahui pengobatan demam rematik
9.
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan demam
rematik
BAB II
ISI
A. Definisi
Demam rematik atau demam rematik akut, adalah
penyakit inflamasi autoimun yang mengenai jantung, sendi, sistem saraf pusat,
dan jaringan subkutan, tulang. Akibat paling signifikan dari demam rematik
adalah penyakit jantung rematik (PJR) (Wong, dkk, 2008; Suriadi & Yulianni,
2006).
B. Etiologi
Secara
pasti etiologi dari demam rematik ini belum diketahui. Namun Streptococcus
B-hemolitik grup A diyakini sebagai agen pencetus yang menyebabkan terjadinya
demam rematik akut (Behrman, Kliegman & Arvin, 1999; Suriadi &
Yulianni, 2006).
Faktor
predisposisi:
-
Herediter: dikatakan bahwa kembar
monozigot beresiko lebih besar mengalami demam rematik dibandingkan dengan yang
heterozigot
-
Umur: lebih sering terjadi di
rentang usia 5-15 tahun
-
Keadaan sosial ekonomi rendah
-
Musim: terjadi di musim dingin dan
permulaan musim semi
-
Serangan dahulu: penderita yang
pernah diserang streptococcus memiliki peluang terkena demam rematik
(wahab,
2003)
C. Manifestasi klinis
Manifestasi
klinis mayor
-
Karditis: Karditis biasanya terjadi pada 3 minggu pertama dan
terdapat pada 50% kasus. Diagnosis karditis memerlukan 1 dari 4 kriteria
dibawah ini:
·
Bising jantung organik. Pemeriksaan ekokardiografi yang
menunjukkan adanya AI atau MI saja tanpa adanya bising jantung organik tidak dapat
disebut sebagai karditis.
·
Perikarditis( friction rib, efusi perikardium, nyeri dada,
perubahan EKG)
·
Kardiomegali pada foto toraks
·
Gagal jantung kongestif (Madiyono, Rahayuningsih, &
Sukardi, 2005).
-
Artritis
Merupakan manifestasi mayor yang paling sering tetapi paling tidak
spesifik serta sering menyebabkan kessalahan dalam menegakkan diagnosis demam
rematik. Gejala artritis adalah nyeri, bengkak, merah dan panas. Nyeri sendi
kadang-kadang sangat parah sehingga gerakan sendi sangat terhambat dan tampak
seperti pseudoparalisis. Artritis berbeda dengan artralgia, karena pada
artralgia nyerinya ringan dan tidak disertai tanda-tanda bengkak maupun merah.
Pada umumnya artritis mengenai sendi-sendi besar, seperti lutut, pergelangan
kaki, siku dan pergelangan tangan. Sendi-sendi kecil perifer jarang terkena.
Yang khas artritis pada demam rematik adalah asimetri dan berpindah-pindah.
Sebagian besar penderita artritis sembuh dalam 1 minggu dan biasanya tidak
menetap lebih lama dari 2 atau 3 minggu. Artritis ini mempunyai respon yang
lebih cepat dengan pemberian salisilat, bahkan pada dosis rendah.
-
Korea syidenham
Penderita dengan korea ini menunjukkan gerakan-gerakan yang tidak
terkoordinasi pada wajah, lengan dan tungkai dan tidak bertujuan serta emosi
yang labil (Suriadi & Yulianni, 2006). Manifestasi ini lebih nyata bila
penderita bangun dan dalam keadaan tertekan. Tanpa pengobatan gejala-gejala
korea ini menghilang dalam 1 sampai 2 minggu. Pada kasus yang berat meskipun
dengan terapi gejala ini dapat menetap selama 3 sampai 4 minggu dan bahkan sampai
2 tahun, walaupun jarang terjadi.
-
Eritema marginatum
Merupakan ruam yang khas pada demam rematik, berupa ruam yang tidak
gatal, makular dan tepi eritema yang menjalar dari bagian satu ke bagian lain
mengelilingi kulit yang tampak normal, terjadi pada 5% kasus. Lesi ini
berdiameter 2,5 cm dan paling sering ditemukan pada tubuh, tungkai proksimal
dan tidak melibatkan muka. Pada penderita kulit hitam sukar ditemukan.
-
Nodul subkutan
Frekuensinya kurang dari 5%. Nodulus ini biasanya terletak pada permukaan
ekstensor sendi, terutama ruas jari, lutut dan persendian kaki. Kadang-kadang
nodulus ini ditemukan pada kulit kepala dan diatas kolumna vertebralis. Ukuran
bervariasi dari 0,5 – 2 cm serta tidak nyeri dan dapat digerakkan secara bebas,
biasanya lebih kecil dari nodulus artritis rhematoid dan menghilang lebih
cepat. Kulit yang menutupi tidak pucat atau meradang. Nodulus ini kebanyakan
hanya ditemukan pada penderita karditis.
Manifestasi
klinis minor
-
Demam
-
Artralgia
Nyeri sendi tanpa disertai tanda-tanda objektif pada sendi.
Artralgia biasanya mengenai sendi-sendi besar. Kadang-kadang nyerinya sangat
berat sehingga tidak mampu bergerak (Madiyono, Rahayuningsih & Sukardi,
2005).
Stadium perjalanan klinis penyakit demam reumatik/penyakit
jantung reumatik:
-
Stadium I
Stadium ini berupa infeksi saluran napas bagian atas oleh kuman
beta-Streptococcus hemolyticus grup A. Keluhan biasanya berupa demam, batuk,
rasa sakit waktu menelan, tidak jarang disertai muntah dan bahkan pada anak
kecil dapat terjadi diare. Pada pemeriksaan fisik sering didapatkan eksudat di
tonsil yang menyertai tanda-tanda peradangan lainnya. Kelenjar getah bening
submandibular seringkali membesar. Infeksi ini biasanya berlangsung 2-4 hari
dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.
Para peneliti mencatat 50-90% riwayat infeksi saluran napas bagian atas
pada penderita demam reumatik/penyakit jantung reumatik, yang biasanya terjadi
10-14 hari sebelum manifestasi pertama demam reumatik/penyakit jantung
reumatik.
-
Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi
Streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik, biasanya periode ini
berlangsung 1-3 minggu, kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan
berbulan-bulan kemudian.
-
Stadium III
Merupakan fase akut demam reumatik, saat timbulnya berbagai manifestasi
klinik demam reumatik/penyakit jantung reumatik. Manifestasi klinik tersebut dapat
digolongkan dalam gejala peradangan umum (gejala minor) dan manifestasi
spesifik (gejala mayor) demam reumatik/penyakit jantung reumatik.
-
Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik
tanpa kelainan jantung atau penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala
sisa katup tidak menunjukkan gejala apa-apa.
Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan katup
jantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan. Pada
fase ini baik penderita demam reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu
dapat mengalami reaktivasi penyakitnya.
D. Komplikasi
Menurut
Suriadi & Yulianni (2006), komplikasi dari demam rematik antara lain:
Karditis, Penyakit jantung rematik, Gagal jantung.
E. Pemeriksaan laboratorium
-
Uji untuk diagnosis infeksi streptococus
Bukti adanya faringitis akibat streptococus
beta hemolyticus group A ( SGA ) sebelumnya, diperlukan untuk konfirmasi
diagnosis demam rematik akut. Diagnosis infeksi selama masa akut biasanya
dilakukan dengan biakan, tetapi pada 2/3 kasus biakan menunjukkan hasil yang
negatif, sehingga analisis antibodi terhadap antigen streptococus dalam serum
penderita merupakan metode yang lebih dapat dipercaya untuk mendapatkan bukti
adanya infeksi sebelumnya. Uji yang paling sering digunakan adalah uji
antistreptolisin O (ASTO) dan uji ini secara umum dipakai untuk uji antibodi
terhadap sterptococus.
-
Reaksi fase akut
Uji yang sering digunakan adalah leukosit darah perifer, laju endap darah ( LED) dan protein C reaktif ( CRP ).
Ketiga uji ini merupakan indikator adanya radang nonspesifik jaringan. Uji ini
abnormal selama fase akut demam rematik, juga abnormal pada beberapa infeksi
bakteri dan penyakit kolagen.
-
Bukti adanya keterlibatan jantung
-
Gambaran radiologis
Berguna untuk menilai besar jantung. Tetapi gambaran radiologis normal
tidak mengesampingkan adanya karditis. Pemeriksaan radiologis secara seri
berguna untuk menentukan prognosis dan kemungkinan adanya perikarditis.
-
Gambaran elektrokardiografi: Hioertropi atrium kanan atau
kiri (ataupun keduanya), interval PR memanjang (akan kembali normal dengan
pemberian atropin), T rata atau T inversi, elevasi ST (Wahab, 2003).
F. Pencegahan
-
Profilaksis primer
Merujuk pada pengobatan antibiotik infeksi
streptococus pernapasan atas untuk mencegah serangan awal demam rematik.
Diagnosis yang tepat dan terapi antibiotik yang cukup dengan pemberantasan
streptococus grup A saluran pernapasan atas mengurangi resiko berkembangnya
demam rematik sampai mendekati nol. Terapi antibiotik yang dimulai sampai
sekitar 1 minggu sesudah mulai nyeri tenggorokan dapat mencegah demam rematik
-
Profilaksis sekunder
Merujuk pada pencegahan kolonisasi atau infeksi
saluran pernapasan atas dengan streptococus beta hemolitikus grup A pada
orang-orang yang telah menderita serangan akut demam rematik sebelumnya.
Penderita yang mendapatantibiotik terus-menerus dan tidak mendearita infeksi
streprococus grup A tidak menderita demam rematik kumat.
(Behrman, Klieman, & Arvin, 1999
)
G. Penatalaksanaan terapetik
-
Pemberian antibiotik
-
Mengobati gejala peradangan, gagal
jantung dan chorea
H. Studi kasus
Richard, teman Siti juga praktek di ruangan anak. Richard
merawat An. S dengan diagnosa medis
penyakit jantung. Didapat : demam
rematik. Richard hanya mendapat informasi ringkas kasus dari rekam medis yaitu
An.S dirawat dengan PJ rematik, stadium III, gejala mayor +, gejala minor +.
Besok anak tersebut menjadi klien kelolaannya. Apakah info yang penting
diketahui Richard dalam merawat An.S ?
Penatalaksanaan perawatan
secara umum
Pengkajian
-
Riwayat penyakit
-
Monitor komplikasi jantung (CHF dan aritmia)
-
Auskultasi jantung; bunyi jantung melemah dengan irama derap
diastole
-
TTV
-
Kaji adanya nyeri, peradangan sendi, dan lesi pada kulit
Diagnosa Keperawatan (umum)
- Hipertermia berhubungan dengan penyakit atau peradangan penyakit
- Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan karena anoreksia, metabolisme meningkat dan chorea
- Kelemahan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan
- Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kekambuhan kronik dari penyakit
(Luxner,
2005)
- Nyeri berhubungan dengan poliartritis
- Resiko injuri berhubungan dengan infeksi streptokokus
(Suriadi
& Yulianni, 2006)
Dasar
diagnosis demam rematik menurut Jones antara lain:
-
Highly probable (sangat mungkin): jika terdapat 2 mayor atau
1 mayor + 2 minor dan disertai bukti infeksi streptococcus B hemolitik grup A,
ASTO meningkat dan kultur (+).
-
Doubtful diagnosis (meragukan): jika terdapat 2 mayor, atau 1
mayor + 2 minor dan tidak terdapat bukti infeksi streptococcus B hemolitik grup
A, ASTO meningkat dan kultur (+).
-
Exception (perkecualian): Diagnosis demam rematik dapat
ditegakkan apabila hanya ditemukan chorea saja atau karditis indolen saja.
(Madiyono,
Rahayuningsih, & Sukardi, 2005)
Intervensi
Keperawatan
- Hipertermia (peningkatan suhu tubuh) berhubungan dengan penyakit atau peradangan penyakit
Tujuan : Suhu tubuh normal (36 – 37’ C)
Intervensi
|
Rasional
|
a. Kaji saat timbulnya demam
b. Observasi
tanda-tanda vital : suhu, nadi, TD, pernafasan setiap 3
jam
c. Berikan
penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh
d. Berikan
penjelasan pada klien dan keluarga tentang hal-hal yang dilakukan
e. Jelaskan
pentingnya tirah baring bagi klien dan akibatnya jika hal tersebut tidak
dilakukan
f. Anjurkan klien
untuk banyak minum kurang lebih 2,5 – 3 liter/hari dan jelaskan manfaatnya
g. Berikan kompres
hangat dan anjurkan memakai pakaian tipis
h. Berikan
antipiretik sesuai dengan instruksi
|
1) Dapat
diidentifikasi pola/tingkat demam
2) Tanda-tanda
vital merupakan acuan untuk mengetahui keadan umum
Klien
3) Penjelasan
tentang kondisi yang dilami klien dapat membantu
mengurangi
kecemasan klien dan keluarga
4) Untuk mengatasi
demam dan menganjurkan klien dan keluarga untuk
lebih kooperatif
5) Keterlibatan
keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan klien
di RS
6) Peningkatan
suhu tubuh mengakibatkan penguapan cairan tubuh
meningkat sehingga
perlu diimbangi dengan asupan cairan yang
banyak
7) Kompres akan
dapat membantu menurunkan suhu tubuh, pakaian tipis
akan dapat
membantu meningkatkan penguapan panas tubuh
8) Antipiretika
yang mempunyai reseptor di hypothalamus dapat
meregulasi suhu
tubuh sehingga suhu tubuh diupayakan mendekati
suhu normal
|
- Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan karena anoreksia, metabolisme meningkat dan chorea
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, klien
mampu menghabiskan makanan yang telah disediakan.
Intervensi
|
Rasional
|
1) Kaji
faktor-faktor penyebab
2) Jelaskan
pentingnya nutrisi yang cukup
3) Anjurkan klien
untuk makan dalam porsi kecil dan sering, jika tidak
muntah teruskan
4) Lakukan
perawatan mulut yang baik setelah muntah
5) Ukur BB setiap
hari
6) Catat jumlah
porsi yang dihabiskan klien
|
1) Penentuan
factor penyebab, akan menentukan intervensi/ tindakan Selanjutnya
2) Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga sehingga
klien
termotivasi untuk
mengkonsumsi makanan
3) Menghindari
mual dan muntah dan distensi perut yang berlebihan
4) Bau yang tidak
enak pada mulut meningkatkan kemungkinan muntah
5) BB merupakan
indikator terpenuhi tidaknya kebutuhan nutrisi
6) Mengetahui
jumlah asupan / pemenuhan nutrisi klien
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam rematik atau demam rematik akut, adalah penyakit inflamasi
autoimun yang mengenai jantung, sendi, sistem saraf pusat, dan jaringan
subkutan, tulang. Akibat paling signifikan dari demam rematik adalah penyakit
jantung rematik (PJR) (Wong, dkk, 2008; Suriadi & Yulianni, 2006)
Secara pasti etiologi dari demam rematik ini belum diketahui, Faktor
predisposisi yang berperan penting yaitu, Herediter: dikatakan bahwa kembar
monozigot beresiko lebih besar mengalami demam rematik dibandingkan dengan yang
heterozigot, Umur: lebih sering terjadi di rentang usia 5-15 tahun, Keadaan
sosial ekonomi rendah, Musim: terjadi di musim dingin dan permulaan musim semi,
Serangan dahulu: penderita yang pernah diserang streptococcus memiliki peluang
terkena demam rematik(wahab, 2003).
DAFTAR PUSTAKA
Wahab, S. (2003). Penyakit jantung anak. (Ed 3). Jakarta:
EGC
Luxner, K.L. (2005). Delmar’s pediatric nursing care plans.
(3rd). Thomson: USA
Suriadi & Yulianni, R.
(2006). Asuhan keperawatan pada anak.
(Ed 2). Jakarta: Sagung Seto
Robbins & Kumar. (1995).
Buku ajar patologi II. (Ed 4).
Jakarta: EGC
Madiyono,
B., Rahayuningsih, S.E., & Sukardi, R. (2005). Penanganan penyakit jantung pada bayi dan anak. Jakarta: FKUI
Behrman, Kliegman &
Arvin. (1999). Ilmu kesehatan anak.
(Ed 15). (vol 2). Jakarta: EGC
No comments:
Post a Comment