Monday 16 April 2012

Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik ( Askep GGK )


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Gagal ginjal  atau penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan uremia yaitu retensi cairan dan natrium dan sampah nitrogen lain dalam darah. (Smeltzer, 2002).
Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal tergolong cukup tinggi. Di Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat dalam 10 tahun. Pada 1990, terjadi 166 ribu kasus GGT (gagal ginjal tahap akhir) dan pada 2000 menjadi 372 ribu kasus. Angka tersebut diperkirakan terus naik. Pada 2010, jumlahnya diestimasi lebih dari 650 ribu.Selain data tersebut, 6 juta-20 juta individu di AS diperkirakan mengalami GGK (gagal ginjal kronis) fase awal (Djoko, 2008).
Hal yang sama terjadi di Jepang. Di Negeri Sakura itu, pada akhir 1996, ada 167 ribu penderita yang menerima terapi pengganti ginjal. Menurut data 2000, terjadi peningkatan menjadi lebih dari 200 ribu penderita. Berkat fasilitas yang tersedia dan berkat kepedulian pemerintah yang sangat tinggi, usia harapan hidup pasien dengan GGK di Jepang bisa bertahan hingga bertahun-tahun.Bahkan, dalam beberapa kasus, pasien bisa bertahan hingga umur lebih dari 80 tahun. Angka kematian akibat GGK pun bisa ditekan menjadi 10 per 1.000 penderita. Hal tersebut sangat tidak mengejutkan karena para penderita di Jepang mendapatkan pelayanan cuci darah yang baik serta memadai (Djoko, 2008).
Di indonesia GGK menjadi penyumbang terbesar untuk kematian, sehingga penyakit GGK pada 1997 berada di posisi kedelapan. Data terbaru dari US NCHS 2007 menunjukkan, penyakit ginjal masih menduduki peringkat 10 besar sebagai penyebab kematian terbanyak.Faktor penyulit lainnya di Indonesia bagi pasien ginjal, terutama GGK, adalah terbatasnya dokter spesialis ginjal. Sampai saat ini, jumlah ahli ginjal di Indonesia tak lebih dari 80 orang. Itu pun sebagian besar hanya terdapat di kota-kota besar yang memiliki fakultas kedokteran.Maka, tidaklah mengherankan jika dalam pengobatan kerap faktor penyulit GGK terabaikan. Melihat situasi yang banyak terbatas itu, tiada lain yang harus kita lakukan, kecuali menjaga kesehatan ginjal.Jadi, alangkah lebih baiknya kita jangan sampai sakit ginjal. Mari memulai pola hidup sehat. Di antaranya, berlatih fisik secara rutin, berhenti merokok, periksa kadar kolesterol, jagalah berat badan, periksa fisik tiap tahun, makan dengan komposisi berimbang, turunkan tekanan darah, serta kurangi makan garam. Pertahankan kadar gula darah yang normal bila menderita diabetes, hindari memakai obat antinyeri nonsteroid, makan protein dalam jumlah sedang, mengurangi minum jamu-jamuan, dan menghindari minuman beralkohol. Minum air putih yang cukup (dalam sehari 2-2,5 liter). (Djoko, 2008).

B.     Tujuan penulisan
1.      Tujuan umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan GGK
2.      Tujuan khusus
a.            Mampu melakukan pengkajian pada pasien GGK
b.           Mampu memprioritaskan masalah dan menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien GGK
c.            Mampu menyusun rencana rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan GGK
d.           Mampu menerapkan rencana tindakan keperawatan dalam tindakan nyata yang sesuai dengan masalah yang diprioritaskan 
e.            Mampu melakukan evaluasi keperawatan 


BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.    Pengertian
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia ( retensi urea dan sampah nitrogen dalam darah)
Gagal ginjal  atau penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan uremia yaitu retensi cairan dan natrium dan sampah nitrogen lain dalam darah. (Smeltzer, 2002).
Gagal ginjal kronik adalah penrurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan ireversibel (Arif, 1999).

B.     Etiologi
Glomerulonefritis, nefropati analgesik, nefropati refluks, ginjal polikistik, nefropati diabetik, penyebab lain seperti hipertensi, obstruksi, GOUT, dan tidak diketahui. Pada lanjut usia, penyebab gagal ginjal kronik yang tersering adalah progressive renal sclerosis dan pielonefritis kronis (Arif, 1999).

C.    Patofisiologi
            Penurunan fungsi renal menyebabkan penimbunan produk akhir metabolisme tertimbun dalam darah sehingga terjadi uremia. Selain itu penurunan dari filtrasi glomeruli juga dapat menyebabkan klirens kreatinin menurun dan kadar kreatinin serum meningkat. Ginjal tidak mampu untuk mengkonsentrasikan dan mengencerkan urin secara normal, akibatnya terjadi retensi cairan dan natrium yamg meningkatkan terjadinya edema. Penurunan dari fungsi ginjal juga menyebabkan produksi eritropoetin tidak adekuat menstimulasi sum-sum tulang untuk menghasilkan sel darah merah dan menyebabkan anemia yang disertai keletihan, angina, sesak napas, defisiemsi nutrisi dan kecenderungan untuk terjadi perdarahan gastrointestinal. Selain itu juga menurunkan kadar serum kalsium dan meningkatkan kadar fosfat serum. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi dari parathormon dan kelenjar parathiroid.
Adanya gagal ginjal tubuh tidak berespon terhadap peningkatan parathormon akibatnya kalsium ditulang menurun menyebabkan perubahan pada tulang dan penyakit tulang.

D.    Manifestasi klinis
Karena pada gagal ginjal kronis setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan memperlihatkan tanda dan gejala
1.      Gejala kardiovaskuler
Pada gagal ginjal kronis mencakup hipertensi ( akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sytem renin angiotensin-aldosteron) dan perikardirtis (iritasi pada lapisan pericardial oleh toksik uremik).
2.      Gejala Dermatologi
Yang sering terjadi mencakup rasa gatsl yang parah (pruritus), warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering dan bersisik, kuku tipis dan rapuh, butran uremik, suatu penumpukan kristal urea dikulit, saat ini jarang terjadi akibat penanganan yang dini dan agresif
3.      Gejala gastro intestinal
Sering terjadi dan mencakup : anoreksia, mual dan muntah, nafas bau amonia, ulserasi dan perdarahan pada mulut, konstipasi dan diare, perdarahan gastro intestinal.
4.      Respirasi
Edema paru, efusi pleura, pleuritis
5.      Neuromuskular
Lemah, gangguan tidur, sakit kepala, letargi, gangguan muskular, neuropati perifer, bingung, koma.
6.      hematologi
Anemia, perdarahan meningkat

E.     Pemeriksaan diagnostik
1.      Urin
a.   Volume urin : oliguri atau anuria
b.      Warna urin   : keruh
c.          BJ urin       : kurang 1,015
d.      Osmolalitas urin
e.          Klirens kreatinin menurun
f.          Natrium meningkat
g.      Proteinuria
2.      Darah
a.          BUN/ kreatinin meningkat
b.      Ht dan Hb
c.          Natrium serum

F.     Penatalaksanan
a.       Mengoptimalkan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
b.      Pengawasan terhadap berat badan, cairan dan urin
c.       Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal
d.      Mencegah dan mengatasi komplikasi

G.    Pengkajian
1. Aktifitas
Gejala : Kelelahan ekstrem, kalemahan, malaise
Gangguan tidur (insomnia / gelisah atau somnolen)
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi lama atau berat
palpatasi, nyeri dada (angina)
Tanda : Hipertensi, DUJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak , tangan.
Nadi lemah, hipotensi ortostatikmenunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir.
Pucat, kulit coklat kehijauan, kuning.
Kecenderungan perdarahan
3. Integritas Ego
Gejala : Faktor stress, contoh finansial, hubungan dan sebagainya.
Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan   kepribadian.
4. Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut)
Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, oliguria.
5. Makanan / cairan
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat badan (malnutrisi).
Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (pernapasan amonia)
Penggunaan diurotik
Tanda : Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir)
Perubahan turgor kulit/kelembaban
Edema (umum, targantung)
Ulserasi gusi, pendarahan gusi/lidah.
Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga
6. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur
Kram otot / kejang, syndrome “kaki gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki, kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremiras bawah.
Tanda : Gangguan status mental, contah penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor.
Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang.
Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis
7. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaki
Tanda : Perilaku berhati-hati / distraksi, gelisah
8. Pernapasan
Gejala : Napas pendek, dispnea, batuk dengan / tanpa sputum kental dan banyak
Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman.
Batuk dengan sputum encer (edema paru)
9. Keamanan
Gejala : Kulit gatal
Ada / berulangnya infeksi
Tanda : Pruritis
Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara aktual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal
Ptekie, area ekimosis pada kulit
Fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi
10. Seksualitas
Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas
11. Interaksi sosial
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
12. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat DM (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis heredeter, kalkulus urenaria, maliganansi.
Riwayat terpejan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan.

H.    Diagnosa keperawatan
Kemungkinan diagnosa keperawatan dengan kegagalan ginjal kronis adalah sebagai berikut:
1.      Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
2.      Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.
3.      Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk sampah.
4.      Resiko tinggi terhadap penururnan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial, dan tahanan vaskular sistemik.
5.      Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi toksin dalam kulit.
6.      Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana tindakan dan prognosis

I.       Intervensi keperawatan
1.     Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
a.          Kaji status cairan : Timbang BB/H, distensi vena jugularis, balance cairan, vital sign
b.      Batasi intake cairan
c.          Jelaskan mengenai pembatasan cairan pada pasien & keluarga
d.      Tingkatkan oral higine
2.      Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut
a.          Kaji status nutrisi: Perubahan BB, protein ,kadar besi,BUN, elektrolit serum
b.      Kaji pola diet : riwayat diet, makan kesukaan, hitung kalori
c.          Kaji faktor yg mempengaruhi masukan nutrisi : anoreksia, mual muntah, depresi, stomatitis, makanan yg tidak menyenangkan, pengetahuan manfaat makan
3.      Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk sampah.
a.          Kaji faktor yg menyebabkan keletihan : anemia, ketidakseimbangan cairan & elektrolit, retensi produk sampah, depresi
b.      Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yg dapat ditoleransi, bantu jikan keletihan
               Anjurkan istirahat setelah dialisis.

BAB III
TINJAUAN KASUS
Kelompok mulai melakukan pengkajian pada tanggal 9-11 juni 2008
A.    PENGKAJIAN

1.   Identitas Pasien
Nama                           : Tn.A
Umur                           : 37 tahun
Tanggal Lahir              : 23 maret 1971
            Jenis Kelamin              : laki-laki
            Pendidikan                  : SMU
            Suku Bangsa               : melayu
            Tanggal Masuk            : 9 juni 2008
            Waktu                         : 14.00 WIB
            Rujukan                       : bukan rujukan
            Penanggung jawab      : pasien menggunakan ASKESKIN
            DX media                   : Gagal ginjal kronis
            No MR                        : 57 55 58

2.  RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit keturunan serta penyakit yang lainnya seperti yang diderita saat. Pasien mengatakan penyakitnya ini di deritanya sejak 3 bulan yang lalu dan telah melakukan hemodialisa 2 kali seminggu sejak dia sakit. Pasien mengatakan sebelum menderita penyakit ini kepalanya selalu pusing apabila melakukan kegiatan yang berat.   
           
3.  RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
            Pasien mengeluhkan nyeri didaerah kepala. Pasien mengatakan pusing apabila melakukan aktivitas seperti berjalan.


4.      AKTIVITAS /ISTIRAHAT

Gejala (Data Subjektif)
Pasien seorang karyawan swasta. Saat ini pasien mengeluh susah untuk beraktivitas karena pusing dan nyeri kepala
Tanda (Data Objektif)
TD       : 110/80 mmHg
RR        : 20 x/menit
N         :  84 x/menit
Status mental compos mentis,  postur simetris, tidak ada terjadi deformitas.


 
Kekuatan otot                    555        555
                                           555        555

5.      SIRKULASI

Gejala (Data Subjektif)
Pasien tidak ada riwayat nyeri dada,  dan tidak ada palpitasi.
Tanda (Data Objektif)
Bunyi jantung normal (lub-dub), irama teratur, tidak ada mur-mur, pengisian kapiler kurang dari 2 detik, tidak ada varises di daerah tangan dan kaki.
TD : 110/80 mmHg
Nadi:  84 x/i
RR: 20 x/i

6.      INTEGRITAS EGO

Gejala (Data Subjektif )
Klien selalu memikirkan kondisinya saat ini. Bila mengalami masalah biasanya klien bercerita dengan istrinya dan selalu berserah diri pada Allah SWT. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari klien mengalami kesulitan keuangan dan biaya perawatan ditanggung oleh ASKESKIN.


Tanda (Data Objektif)
Klien tampak  tenang dalam menghadapi penyakitnya

7.      ELIMINASI

Gejala (Data Subjektif)
BAB  1 x/hari, konsistensi lunak, warna kuning dan tidak ada menggunakan laksatif. BAK  4-5 x/hari namun keluar sedikit lebih kurang 100-200 cc/hari, warna urin merah pekat, menggunakan diuretik (lasix).
Tanda (Data Objektif )
 Bising usus terdengar aktif pada keempat kuadran abdomen (7 x/menit).

8.      MAKANAN/CAIRAN

Gejala (Data Subjektif)
Diit yang didapat MB (Makanan Biasa) 3 x/hari, habis 1 porsi setiap kali makan.. Klien minum ± 500-700 cc/hari.
Tanda (Data Objektif)
Bentuk tubuh tampak sedang dengan tinggi badan 164 cm. Turgor kulit baik membran mukosa lembab. Gigi lengkap

9.      HIGIENE

Gejala (Data Subjektif)
Aktivitas sehari-hari klien dibantu (minimal care), mobilitas terbatas dan hanya berbaring di tempat tidur. Klien makan sendiri dan mandi serta berpakaian. Kebutuhan eliminasi dibantu oleh istrinya.
Tanda (Data Objektif)
Penampilan umum klen rapi, cara berpakaian rapi



10.  NEUROSENSORI

Gejala (Data Subjektif)
Pasien mengalami nyeri kepala. Pasien mengatakan tidak ada rasa kesemutan.
Tanda (Data Objektif).
Mata: normal (isokor)
Telinga: pendengaran pasien normal
Hidung : penciuman pasien normal
Kesadaran komposmentis, GCS: E4 M6 V5.  orientasi pasien baik terhadap orang, waktu dan tempat.
Kekuatan otot                    555        555
                                           555        555


11.  NYERI/KETIDAKNYAMANAN

Gejala (Data Subjektif)
Nyeri pada kepala  (skala 3). Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan berat bila digerakkan atau melakukan aktivitas
Tanda (Data Objuektif)
Klien tampak meringis bila bergerak, klien tampak berhati-hati dan memegang area kepala yang terasa nyeri.

12.  PERNAPASAN

Gejala (Data Subjektif)
Klien tidak ada mengeluh adanya masalah pada pernapasan.
Tanda (Gejala Objektif)
Hantaran udara terdengar diseluruh area paru-paru, bunyi napas vesikuler.
RR: 20x/i


13.  KEAMANAN

Gejala (Data Subjektif)
Pasien tidak memilki riwayat alergi
Tanda (Data Objektif)
Suhu tubuh 36 o celcius

14.  SEKSUALITAS

Gejala (Data Subjektif)
Klien tidak ada mengalami masalah pada organ genitalia.
Tanda  (Data Objektif)
Klien tidak bersedia dilakukan pemeriksaan.

15.  INTERAKSI SOSIAL

Gejala (Data Subjektif)
Klien sudah menikah dan memiliki 2 orang anak. Keluarga (istri)selalu mendukung dan memotivasi klien untuk tetap sabar.
Tanda (Data Objektif)
Klien dapat berkomunikasi dengan baik, bicara jelas dan dapat dimengerti. Interaksi dengan keluarga baik.

16.  PENYULUHAN /PEMBELAJARAN

Gejala (Data Subjektif)
Tingkat pendidikan klien SMU. Klien tidak mengetahui cara mengurangi nyeri yang dirasakan. Klien memilih berobat ke pelayanan kesehatan semenjak sakit yang dirasakan. Keluarga pasien tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit keturunan.




17.  PROGRAM DOKTER
saat ini pasien hanya mendapatkan obat oral yaitu captopril 12,5 mg (2x1) dan injeksi lasix (1x1 amp).
Pemeriksaan labor terakhir dilakukan pada tanggal 10 juni 2008 dengan hasil
DARAH
-            Hemoglobin          : 11,3 gr%
-            Leucocyt              : 14.200/mm3
-            Trombocyt            : 493.000/mm3
-            B.S.R                    : 43/Jam
-            Hematocryt          : 33 vol%
SERUM
-            Glukosa                :117 mg/dl (70-125)
-            Cholesterol           :180 mg/dl (0-200)
-            D Bil                     : 0,1 mg/dl (0,0 - 0,2)
-            T Bil                     : 0,8 mg/dl (0,2 – 1,0 )
-            BUN                     : 55 mg/dl ( 7-18 )
-            Crea                      : 16,0 mg/dl ( 0,6 – 1,3 )
-            Uric                      : 10,2 mg/dl ( 2,3 – 7,5 )
-            AST                      : 21 iu/l ( 14-50 )
-            ALP                      : 195 iu/l ( 80 - 302)
-            TP                         : 7,7 g/l ( 6,7 – 8,7 )
-            ALT                      : 24 iu/l ( 11 – 60 )
-            Indirect bili           : 0,7
-            Ureum                  : 117,7 mg/dl ( 10 -50 )
URINE
-            Protein                  : +3
-            Urobilinogen        : normal
-            Berat jenis                        : 1020
-            Kejernihan            : agak keruh
-            Warna                   : kuning
-            Erytrocyt              : 2  - 4
-            Leucocyt              : 12-15 /lbp
-            Eph cell                : 6-8 / lbp
-            Bakteri                  : +

B. Analisa data

No
Data
Kemungkinan penyebab
Masalah
1
DS:
-          mengatakan nyeri pada kepala
-          skala nyeri ringan (3)

DO:
-  TD : 110/80  mmHg
-  N   : 84  x/menit
-  R    : 20 x/menit


Gangguan rasa nyaman nyeri
2
DS:
-            Pasien mengatakan badannya terasa lemah
-            Pasien mengatakan bila beraktivitas kepalanya pusing
DO:

-            kebutuhan klien dibantu oleh istrinya

penurunan produksi energi metabolic, prosedur dialisa


Intoleran aktivitas
3
DS:
-            pasien mengatakan urinnya keluar sedikit dan menetes
-            mengatakan urin yang keluar kira-kira 3 sendok makan



DO:
-          BUN:55 mg/dl
    ( 7 - 18 mg/dl )
-          Crea                       : 16,0 mg/dl
      ( 0,6  – 1,3mg/dl  )
-          Uric                       : 10,2 mg/dl  
       ( 2,3   7,5 mg/dl )
-            Obat captopril 12,5 mg
-            TD 110/80 mmHg
ketidakseimbangan cairan, kerja miokardial, dan tahanan vaskular sistemik.

Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung

C. Rencana Keperawatan

No DX
Data
Tujuan dan KH
Intervensi
rasional
1
Nyeri berhubungan dengan  Pasokan oksigen ke jaringan otak tidak adequat ditandai dengan:
DS:
-          mengatakan nyeri pada kepala
-          skla nyeri ringan (3)


DO:
- TD : 110/80 mmHg
- N : 84 x/m
- RR: 20x/i
- pasien tampak memegang kepalanya

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam gangguan rasa nyaman nyeri dapat teratasi dengan
KH:
-          TTV dalam batas normal
TD: 120/80mmHg
N: 60-80x/i
RR: 16-20x/i
-          Pasien rileks
-          Skala nyeri 1
1.      Kaji karakteristik nyeri




2.      Ukur tanda-tanda vital



3.      Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam

4.      kolaborasi dalam pemberikan analgetik

5.       kolaborasi dalam perencanaan tindakan medik (operasi)





1.      memberikan dasar untuk mengkaji perubahan pada tingkat nyeri dan mengevaluasi intervensi.
2.      sebagai indikator untuk mengetahui tingkat nyeri dan intervensi yang tepat selanjutnya.
3.      untuk merelaksasikan otot-otot sehingga mengurangi rasa nyeri
4.      analgetik cenderung  lebih efektif ketika diberikan secara dini pada nyeri.
5.      mempercepat proses penyembuhan






2
Intoleransi aktifitas  fisik berhubungan dengan  penurunan produksi energi metabolic, keletihan ditandai dengan:
DS:
-            Pasien mengatakan badannya terasa lemah dan lelah
-            Pasien mengatakan bila beraktivitas (berjalan) kepalanya pusing dan nyeri
DO:

-            kebutuhan klien dibantu oleh istri
















Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan
KH:
-          klien dapat beraktivitas secara minimal
-          keluarga terlibat dalam aktivitas klien
-          kebutuhan dasar pasien terpenuhi seperti elliminasi, makan/minum, berpakaian, kebersihan.

1.      Kaji tingkat aktivitas klien.



2.      Dekatkan kebutuhan yang diperlukan oleh klien.

3.      Berikan kesempatan pada klien melakukan aktivitas mandiri.
4.      Libatkan keluarga dalam perawatan mobilitas fisik.


5.      Bantu ambulasi secara bertahap.









1.      mengetahui tingkat kemampuan dalam memenuhi kebutuhan ADL pedoman untuk intervensi selanjutnya
2.      memudahkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
3.      untuk mengetahui kemajuan yang dirasakan oleh klien
4.      partisipasi keluarga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan mobilitasnya.
5.      ambulasi yang tidak bertahap dapat menyebabkan kelelahan dan ambulasi bertahap dapat mencegah terjadinya cedera krisis situasi (kanker).
3
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial, dan tahanan vaskular sistemik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam masalah resiko penurunan curah jantung dapat teratasi dengan KH:
-      TD dalam batas normal
-      Frekuensi jantung dalam batas normal
-      Nadi perifer kuat
  1. auskultasi bunyi jantung dan paru
  2. kaji adanya hipertensi
  3. kaji tingkat aktivitas
  4. awasi pemeriksaan laboratorium
  5. berikan obat anti hipertensi
  6. siapkan dialisis



  1. S3 atau S4 menunjukkan ketidaknormalan, adnya distensi jugularis menunjukkan GGK
  2. hipertensi bermakna dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteron renin-angiotensin
  3. kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia
  4. ketidakseimbangan dapat mengganggu konduksi elektrikal dan fungsi jantung
  5. menurunkan tahanan vaskuler sistemik atau pengeluran renin
  6. penurunan ureum toksik dan memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit






BAB V
KESIMPULAN

A.    Kesimpulan
Setelah kelompok melakukan asuhan keperawatan pada TN A dengan GGK di ruang Murai I RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, maka kelompok dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1.       Pengkajian yang dilakukan tidak banyak berbeda dengan pengkajian pada konsep berfokus pada masalah yang dihadapi pasien
2.       Mengatasi masalah yang ditemuka pada pasien perlu direncanakan beberapa tindakan keperawatan dengan menentukan tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan prorioritas masalah
3.       Diagnosa medis dapat saja berubah sejalan dengan waktu sehingga selain terapi diberikan, pemeriksaan penunjang lainnya harus tetap dikolaborasikan untuk menentukan dan mengatasi masalah lain yang muncul pada pasien

B.     Saran
1.       Bagi perawat
Pada pengkajian diharapkan perawat benar-benar bisa melaksanakan secara tepat dan benar, sehinggga dalam menegakkan diagnosa bisa lebih akurat dan penangananya lebih cepat.
2.       Bagi pasien dan keluarga
diharapkan pasien dan keluarga dapat menerima anjuran selain terapi dan pengobatan serta menjaga keeimbangan aktivitas, diit, istirahat yang tepat selama dirawat.
3.       Bagi mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan mahasiswa sehingga mahasiswa lebih peka terhadap kebutuhan pasien, serta memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan teori yang didapatkan di perkuliahan.


DAFTAR PUSTAKA

           
Arif, mansjoer (1999). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC.

Brunner & Sudarth. ( 2002 ) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
            Edisi, 8. Jilid 2. Jakarta: EGC
                       
Doenges (2000). Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC

Price, Sylvia (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC

1 comment:

  1. Terimakasih untuk informasi penyakit ginjalnya. Pencegan yang baik adalah dengan menjaga pola hidup sehat, seperti makanan sehat, olah raga teratur dan minum yang cukup serta jangan menahan buang air kecil..

    ReplyDelete